REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) Prof Andi Bahrun mengatakan kemampuan para dosen di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan penelitian masih sangat rendah ketimbang negara lain di dunia.
"Penyebab adalah keterbatasan sumber daya manusia, masalah infrastruktur dan persoalan pada manajemen lembaga pendidikan itu sendiri dan masih banyak faktor lain," kata Andi Bahrun di Kendari, Rabu (21/10).
Unsultra tengah menggelar rangkaian kegiatan Penulisan Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan bekerja sama Kementrian Ristek dan Dikti sejak Senin (20/10). Menurut Bahrun, Pemerintah menyadari kondisi kemampuan para peneliti dan berupaya menggenjot kemampuan mereka.
Banyak hal dilakukan seperti pelatihan dan bimbingan, selain perlu merubah beberapa kebijakan seperti menjadikan manajemen pelaksanaan penelitian dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Anggaran dari pemerintah pusat untuk penelitian cukup besar, mulai dari dosen pemula, sampai dosen yang memiliki kemampuan riset yang andal.
Sebuah penelitian, jika memenuhi syarat akan dibiayai sesuai dengan kebutuhan peneliti, nilainya bahkan bisa sampai Rp 100 juta selama tiga sampai lima tahun. "Point ke enam dari Nawa Cita adalah peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing internasional. Keduanya hanya dapat terjadi jika ada inovasi. Ujung tombak inovasi adalah penelitian dan yang punya potensi besar untuk itu adalah perguruan tinggi," katanya.
Kemampuan para dosen, lanjutnya Bahrun, sangat disvaritas, Oleh karena itu sebagian besar proposal yang diajukan kepada Kementerian Ristek dan Dikti untuk dibiayai, ditolak karena dinilai belum memenuhi syarat.
Unsultra sebagai salah satu perguruan tinggi di Sultra, berupaya membangun sebuah sebuah komunitas peneliti yang handal, kreatif dan inovatif untuk menciptakan inovasi, teknologi tepat guna, rekayasa sosial, kekayaan intelektual dan paten serta publikasi ilmiah.
Sementara itu, kegiatan pelatihan ini, dibawakan oleh tim pakar yang ahli dalam riset, yakni Suminar Setiati Achmadi dan Amat Mukhadis. Sebanyak 57 penelitian dari sejumlah perguruan tinggi seperti Unilaki, Stikes Mandala Waluya, STIE 66, Stimik Catur Sakti, STIK Avicena, Stiper Kendari, Akbid Pelita Ibu, Amik Yapenas dan para penelitian Unsultra sendiri.