Ahad 08 Nov 2015 19:19 WIB

84 Buruh Migran di Penang Menempuh Ujian Kuliah Terbuka

82 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti ujian akhir semester yang dilaksanakan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang (KJRI Penang)
Foto: KJRI Penang
82 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti ujian akhir semester yang dilaksanakan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang (KJRI Penang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 82 mahasiswa Universitas Terbuka (UT) mengikuti ujian akhir semester yang dilaksanakan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Penang (KJRI Penang). Mereka adalah para pekerja pabrik dan sektor jasa di Negeri Jiran Malaysia, yang sekarang menempuh pendidikan semester 1 hingga 7.

Pada kesempatan yang sama, dua  mahasiswa Universitas Terbuka, Kelompok Belajar (Pokjar) Penang mengikuti ujian Tugas Akhir program sarjana (S1).

Ujian yang dilaksanakan selama 2 hari ini dibuka oleh Pembina UT Pokjar Penang dan PF Pensosbud KJRI Penang, Isana Mandasari yang menyampaikan motivasi dan apresiasinya atas peningkatan 13 mahasiswa baru dari bulan Mei 2015 dan berharap terus meningkat dimasa mendatang.

“Pendidikan bukan hanya akan memutus rantai kemiskinan, pendidikan adalah kunci daya saing tenaga kerja kita,” jelasnya seperti dikutip dari keterangan pers KJRI Penang, Ahad (8/11).

Saat ini tercatat 54.967 WNI berada di wilayah Penang, Kedah, dan Perlis. Sebagaian besar dari mereka adalah pekerja.

Dia menjelaskan, Universitas Terbuka berhasil mengembangkan sistem 'long distance education' dengan proses belajar yang tidak mengganggu aktifitas bekerja dan tanpa batasan usia peserta didik. Selain itu, pendidikan ini berbiaya terjangkau yang sesuai dengan kebutuhan Buruh Migran.

Salah satu peserta ujian adalah Endang Elly Tampubolon (23), asal Hutaginjang Medan, mahasiswa dari Jurusan Manajemen menyampaikan alasanya melanjutkan kuliah untuk memberi kebanggaan kepada orangtua.

“Menjadi TKI tidak bisa selamanya. Jika memiliki gelar sarjana, saya bisa mengejar cita-cita,” kata Endang.

Sementara itu, Fadillah Nasution, mengungkapkan hal yang sama.

“Siapa bilang TKI tak bisa sarjana. Cas cis cus bahasa Inggris saya berani dicoba?” kata pekerja pabrik Osram ini, yang telah menyelesaikan program sarjana Jurusan Sastra Inggris dan akan diwisuda 5 Desember mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement