REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian dan teknologi yang mangkrak di laboratorium tanpa aplikasi luas menerpa sektor pertanian.
Hal tersebut diakui Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto dalam acara Refleksi Awal Tahun Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) bertajuk "Mungkinkah Mewujudkan Kedaulatan Pangan", Kamis (14/1).
"Dari semua produk teknologi yang dihasilkan IPB, baru 10 persen yang dipakai masyarakat," katanya. Padahal, teknologi-teknologi yang berserakan tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan menjadi alat efektif mencapai swasembada pangan.
Ia menyebut, IPB misalnya, telah menelurkan Teknologi Budidaya Jenuh Air untuk pemanfaatan lahan pasang surut untuk pertanian. Dibuat pula produksi benih dan pupuk yang mampu meningkatkan produktivitas pertanaman hingga berlipat ganda.
Penerapan hasil teknologi tersebut seharusnya bisa lebih banyak lagi diterapkan di petani, salah satunya oleh penyuluh pertanian. Pertanian juga harus diperkenalkan sebagai bisnis yang menguntungkan, bukannya malah tidak keren dan menyengsarakan.
Di sisi lain, kesiapan data pangan yang akurat juga harus dibenahi. Jangan sampai pemerintah salah kebijakan karena menggunakan data pertanian yang salah.