REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Kuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas Negeri Malang pada tahun 2016 dipangkas 10 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 50 persen menjadi 40 persen dari jumlah keseluruhan mahasiswa baru yang diterima.
Wakil Rektor I Universitas Negeri Malang (UM) Jawa Timur Prof Dr Hariyono di Malang, Selasa mengatakan UM akan menyaring mahasiswa baru dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun ini sebanyak 2.665 mahasiswa untuk 47 program studi (prodi) jenjang sarjana S1.
"Untuk jalur mandiri justru dinaikkan, dari 20 persen pada tahun lalu menjadi 30 persen. Sedangkan untuk jalur Bidikmisi diperkirakan akan menurun sekitar 10 persen dari tahun lalu yang mencapai 1.303 mahasiswa. Sementara dari jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) menjadi 30 persen, sehingga komposisinya menjadi 40:30:30," katanya.
Menurunnya komposisi penerimaan mahasiswa dari jalur SNMPTN dan menaikkan jumlah mahasiswa dari jalur mandiri tersebut, kata Hariyono, merupakan imbas dari pemangkasan dana untuk PTN dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 3,1 triliun. Oleh karena itu, seleksinya diperketat.
Sementara itu UM juga melakukan sosialisasi terkait penerimaan mahasiswa baru dari jalur SNMPTN kepada 200 guru Bimbingan Konseling (BK) dari sejumlah sekolah di Jawa Timur. UM juga mengajak para guru BK tersebut untuk mengutamakan nilai kejujuran dalam pelaksanaan SNMPTN.
Dalam paparannya Prof Hariyono menyampaikan SNMPTN tahun ini tidak berbasis pada tes tulis saja, tetapi pada portofolio yang berisikan rekaman penilaian siswa selama di sekolah. "Kita berasumsi bahwa dokumen mereka bisa dipercaya, tapi kita juga menyadari, seringkali pihak sekolah tidak memberikan nilai berdasarkan kondisi real siswa," ujarnya.
Ia menambahkan UM telah melakukan evaluasi kecenderungan prestasi dari masing-masing sekolah. Hal tersebut bisa dilihat setelah peserta SNMPTN sudah menjadi mahasiswa. "Itu kita lihat, di sekolahnya sama-sama dapat nilai 8 kok kemampuannya berbeda," ucapnya.
Dalam sosialisasi tersebut UM mengimbau guru-guru peserta untuk mengarahkan siswa agar memilih prodi sesuai dengan keinginan, bukan sekadar coba-coba saja. Apalagi, jika sekolah memberikan nilai di rapor siswa tidak berbasis pada kondisi riil, sehingga prestasi siswa ketika di bangku kuliah menurun.
"Banyak siswa ketika di SMA yang mendapatkan nilai 8, namun ketika kuliah, nilainya justru turun drastis. Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah jujur dengan kemampuan siswanya, tidak perlu nilai mereka dikatrol," tuturnya.