REPUBLIKA.CO.ID, Batas geografis tidak lagi menjadi batasan persaingan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya. Berbagai macam bentuk kesepakatan, seperti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan memberikan derasnya arus persaingan.
Pemerintah tidak hanya dituntut untuk menyiapkan kualitas sumber daya manusianya saja. Selanjutnya hanya memikirkan bagaimana meraih keuntungan dari kaca mata finansial.
Lebih dari itu yang menjadi ‘PR’ besar bangsa adalah bagaimana menjaga jatidiri bangsa agar tetap kokoh dengan identitas perekonomian nasionalnya.
Untuk memperkuat identitas tersebutlah, Universitas Trilogi mengadakan workshop Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) dengan mengusung tema Memperkuat Identitas Perekonomian Nasional Melalui Pengembangan Pendidikan Sistem Ekonomi Pancasila.
Universitas Trilogi memandang SEP menjadi jawaban atas semakin liberalnya perilaku dan kebijakan ekonomi saat ini. Bukan justru mensejahterakan, masyarakat justru semakin terhimpit di ruang kemiskinan dan rasa kepercayaan terhadap bangsanya sendiri terkikis.
"Sistem Ekonomi Pancasila bertujuan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Melalui sistem ini juga akan hadirnya sebuah mekanisme pasar yang berkeadilan," tutur Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaja pada paparannya saat pembukaan workshop.
Mantan Menteri Koperasi dan UKM yang juga salah satu pemikir Ekonomi Pancasila ini juga menjelaskan hakikat keberadaan pancasila itu sendiri.
"Hakikat keberadaan Pancasila merupakan nilai-nilai hidup bangsa Indonesia sendiri, bukan dari bangsa lain dan bukan hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang," jelas penulis buku Demokrasi Pancasila ini.
Dr. P. Setia Lenggono selaku Ketua Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PSEP) Universitas Trilogi menambahkan bahwa urgennya kita mengetahui, memahami serta mempraktekan SEP adalah sebuah upaya untuk menyelesaikan problem struktural bangsa yaitu kemiskinan, kesenjangan serta tantangan global yang membutuhkan daya saing yang tinggi.
"Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian nasional, sumber-sumber energi kita dikuasai oleh asing melalui program privatisasi secara masif. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena Indonesia hingga kini belum berhasil mengeluarkan dirinya dari ketergantungan khususnya pangan dan energi dari negara lain," sampainya.
Sementara itu, Rektor Universitas Trilogi, Prof. Dr. Asep Saefuddin mengatakan workshop saat ini dilaksanakan khusus untuk dosen internal Universitas Trilogi. Tujuanya tidak lain untuk memperkuat pemahaman para dosen yang nantinya berkewajiban memberikan pemahaman kepada para mahasiswa.
"Selain itu, dalam kehidupan organisasi mahasiswa, kita juga sudah mengajarkan agar bagaimana menjadikan Pancasila sebagai pedoman, sehingga mereka lebih mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan," jelas Prof. Asep Saefuddin.
Menambahkan apa yang disampaikan oleh Rektor, Ketua Pelaksana Workshop, Lestari Agusalim, M.Si menyampaikan dengan dilaksanakannya Workshop ini diharapkan seluruh civitas akademika Universitas Trilogi mengerti dan memahami Sistem Ekonomi Pancasila yang dijalankan melalui mata kuliah Universitas dan sebagai perwujudan visi misi universitas yang telah dirumuskan.
"Karena dalam workshop ini mengkaji dari sisi ontologis, epistemologis, dan aksiologis sekaligus merumuskan payung riset universitas dan menyempurnakan kurikulum Sistem Ekonomi Pancasila," ucap dosen yang juga Sekretaris Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PSEP) Universitas Trilogi.
Workshop yang berlangsung dari selasa (23/2) sampai hari ini (24/2) di adakan di auditorium Universitas Trilogi. Sebelum pelaksanaan workshop, Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PSEP) sudah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan secara rutin dan kontinu dengan menghadirkan berbagai pakar. Mereka diantaranya adalah Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dawam Raharjo, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid., Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, Soenarto Soedarno, MA, RM. A.B. Kusuma, dan Dr. Benny Pasaribu,