Senin 18 Apr 2016 17:28 WIB

Unair Kembangkan Terapi Stem Cell untuk Diabetes

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Stem cell disebut efektif mengatasi penyakit degeneratif yang biasa menyerang orang tua.
Foto: EPA
Stem cell disebut efektif mengatasi penyakit degeneratif yang biasa menyerang orang tua.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell (Stem Cell Research and Development Center) Universitas Airlangga sedang mengembangkan terapi stem cell untuk penyakit diabetes. Spesialis penyakit dalam dan Endokrinologist di RSUD dr Soetomo, dr Sony Wibisono SpBD KEMD mengatakan, penelitian stem cell untuk diabetes sudah ada di Unair sejak tahun 2010 dimulai dari hewan.

Kemudian, diteliti pada sukarelawan manusia, sampai saat ini sebanyak 100 orang telah bersedia untuk dijadikan obyek penelitian terapi stem cell untuk diabetes. “Sebenarnya orang diabetes ini yang mau stem cell banyak, tapi kemampuan kami untuk membuat sel belum banyak karena bukan industri,” jelas Sony saat ditemui wartawan di sela-sela workshop tersebut. 

Sony menjelaskan, diabetes ada dua tipe, yakni tipe 1 dan tipe 2. Keduanya sudah dicoba terapi stem cell, namun yang banyak berhasil adalah diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2 kerja kelenjar pankreas dan insulin kurang baik. Dengan stem cell, kondisi keduanya diperbaiki. Ia mencontohkan, pasien yang semula memakai insulin dan meminum empat macam obat, dengan stem cell berkurang menjadi hanya minum satu macam obat.

“Caranya kita ambil jaringan lemak di daerah perut di bawah kulit, tidak usah terlalu banyak, diolah selama tiga pekan lalu hasilnya dimasukkan melalui pembuluh darah arteri sedekat mungkin ke kelenjar pankreas dengan alat,” katanya..

Untuk melakukan aplikasi stem cell pada penderita diabetes, pasien harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama, dievaluasi terlebih dahulu apakah orang tersebut layak diberikan stem cell atau tidak. Sebab, terkadang orang berobat berdasarkan perkiraan sendiri tanpa  periksa dulu ke dokter, maupun belum patuh terhadap apa yang diinstruksikan, misalnya tidak minum obat atau minum obat tapi tidak mengubah pola hidup.

Jika memenuhi syarat, sel diambil, lalu tiga pekan kemudian diaplikasikan. Banyaknya sel punca yang dimasukkan tergantung berat badan. Selanjutnya, dilakukan kontrol termasuk profit metabolik, kadar gula dan insulinnya.

Kemudian, jika pengobatan yang dianjurkan sudah dilakukan optimal, akan dilihat adanya potensi untuk dikoreksi atau tidak. Sebab penderita diabetes tidak hanya diberi terapi stem cell untuk mengganti atau membuat kelenjar pankreas melainkan agar kerja insulin bisa lebih baik.

Menurutnya, semakin muda usianya, alat bisa dimasukkan mendekati pankreas. Sehingga hasilnya bisa lebih baik daripada yang terlalu jauh dari pankreas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement