REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Para mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS) diajak lebih mengenal ramuan herbal melalui diskusi Women of the East and West di Auditorium STTS, Kamis (21/4). Kegiatan tersebut dipandu oleh Herbalist Indonesia pemenang Kartini Awards 2011, Elok Ishadi.
Dalam kegiatan tersebut, mereka dikenalkan dengan beberapa tanaman herbal, seperti kunyit, jahe, akar secang, daun salam, kunci, dan lainnya. Pada kesempatan itu juga dihadirkan dua warga negara asing yakni Grace dari Amerika Serikat dan Monique dari Kanada untuk belajar meramu tanaman herbal.
Para mahasiswa tersebut terlihat antusias dengan materi yang disampaikan. Mereka menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan obat herbal. Seperti, apakah meminum jamu temulawak bisa membuat gemuk, atau pertanyaan ramuan apa yang harus dikonsumsi untuk menjaga kesehatan.
Elok Ishadi menjelaskan, ada empat pilar untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Pertama, mengondisikan kekuatan fitrah atau kekuatan langsung yang diberikan oleh Tuhan. Seperti mengendalikan emosi, mental, dan tidak gampang marah. Menurutnya, dalam kondisi tenang, kontrol endokrin di dalam tubuh akan aktif mengontrol stres.
“Pilar yang kedua, seperti kata Ibnu Sina, menjadikan makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan. Kalau harus berobat obat yang seperti makanan bukan kimia,” ucapnya.
Pilar ketiga, lanjutnya, olahraga yang bisa menghasilkan keringat setiap hari. Serta pilar keempat yakni terapi herbal, seperti bekam. Menurutnya, untuk memperoleh tubuh yang sehat harus menjalankan paling tidak satu di antara empat pilar tersebut.
Ia menambahkan, pengobatan dengan ranah herbal ada lima macam. Yakni, promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif. Jika kelimanya dijalankan, menurutnya pasien rumah sakit tidak akan membeludak seperti saat ini.
Saat ini, terdapat sekitar 30 ribu jenis herbal yang ada di Indonesia. Namun, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan dan dilakukan penelitian. Menurutnya, yang dimaksud herbal tidak hanya tanaman, melainkan semua jenis bahan alami yang bermanfaat untuk kesehatan. Seperti air, mineral, umbi-umbian, sayur-sayuran, maupun rempah-rempah.
“Sambiloto malah dipatenkan Amerika Serikat, terus Gamat yang mengolah Malaysia padahal tumbuhnya di Batam dan Madura,” imbuh pendiri Akademi Farmasi Herbal tersebut.
Oleh sebab itu, ia meminta peran pemerintah untuk mendorong dan mengajak masyarakat memanfaatkan beragam jenis herbal yang ada di Indonesia. Ia juga meminta adanya regulasi yang mendukung terkait pemanfaatan herbal menjadi produk-produk kesehatan.
Di sisi lain, menurutnya masyarakat bisa memanfaatkan rempah-rempah sebagai bumbu penyedap makanan dibandingkan menggunakan bumbu cepat saji. Ia mencontohkan, daging, tomat dan udang dinilai bisa menjadi alternatif pengganti bumbu penyedap.