REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kuota penerima Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Miskin (Bidik Misi) di Perguruan Tinggi Negeri di Malang, pada tahun 2016 berkurang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni hanya 10 persen dari jumlah mahasiswa baru yang diterima.
Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr Rofi'uddin mengaku tidak mempermasalahkan pemangkasan kuota Bidik Misi itu.
"Kami memaklumi kebijakan pemerintah yang membatasi kuota tersebut dan tahun ini memang disamakan semuanya dengan PTN lain yaitu 10 persen dari jumlah mahasiswa baru yang diterima," ujarnya, Rabu (27/4).
Tahun ini, katanya, UM menerima sekitar 6.300 mahasiswa baru. Dengan kuota beasiswa Bidik Misi hanya 10 persen, artinya hanya 630 mahasiswa yang diterima dari jalur tersebut. Angka ini terbilang kecil dibandingkan jumlah mahasiswa yang mendaftar beasiswa tersebut yakni 6.000 orang.
Menyinggung besaran bantuan yang diberikan pemerintah kepada penerima Bidik Misi tersebut, Rofiudin mengaku kemungkinan masih tetap sama dengan tahun sebelumnya.
"Memang sempat ada pembahasan untuk menambah nominalnya, tetapi sampai sekarang belum ada pengumuman resmi adanya perubahan bantuan tersebut," katanya.
Bantuan dana untuk mahasiswa penerima Bidikmisi sebesar Rp1 juta/bulan yang dipergunakan untuk membayar kuliah sebesar Rp400 ribu dan biaya hidup Rp600 ribu.
"Pemangkasan alokasi untuk mahasiswa Bidik Misi tersebut berlaku untuk semua perguruan tinggi, karena alokasi anggaran yang tidak mencukupi," katanya.
Sementara itu di Universitas Brawijaya (UB) Malang, tahun ini mendapatkan kuota mahasiswa Bidik Misi sebanyak 1.200 mahasiswa atau 10 persen dari jumlah mahasiswa baru yang diterima pada 2016 sebanyak 12.228 orang. Kuota tersebut menurun 50 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai hampir 2.500 mahasiswa.