Rabu 27 Apr 2016 17:15 WIB

Penyiapan SDM Halal Jadi Peluang Perguruan Tinggi Islam Hadapi MEA

Rep: qommaria rostanti/ Red: Taufik Rachman
Hanif Dhakiri
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hanif Dhakiri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri, menilai perguruan tinggi Islam berperanan penting dalam percaturan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perguruan tinggi Islam menjadi sangat strategis terkait penyiapan tenaga kerja untuk menangkap peluang yang ada dalam MEA.

Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi islam adalah di bidang industri kreatif dan industri halal. Produk halal bisa menjadi andalan Indonesia dalam memenangkan persaingan di MEA.

Pasalnya, 50 persen penduduk ASEAN merupakan Muslim. Itu artinya, kebutuhan akan produk halal sangat tinggi sehingga ini menjadi peluang bagi Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim sebagai penyedia utama produk-produk halal di ASEAN.

Seperti diketahui, penduduk Muslim di wilayah ASEAN sekitar 300 juta orang atau kurang lebih 50 persen dari total penduduk ASEAN. "Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di kawasan ASEAN dapat memainkan peran yang sangat signifikan baik sebagai konsumen atau produsen," kata Hanif dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/4).

Bahkan, kata Hanif, Indonesia tidak hanya dapat memainkan peranan penting di ASEAN, melainkan juga secara global. Mengingat Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. "Penduduk Muslim Indonesia menyumbang 22,43 persen dari total populasi penduduk dunia yang mencapai 7,021 miliar," kata dia.

Dia berharap perguruan tinggi Islam dapat menangkap peluang akan kebutuhan industri produk halal tersebut. Untuk itu, perguruan tinggi Islam dituntut untuk dapat menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing dan kompeten.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement