REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Keterbatasan lahan sering menjadi hambatan untuk menciptakan kawasan hijau. Di wilayah Kali Code, Sleman, misalnya, kondisi pemukiman yang sempit dengan rumah-rumah yang saling berdempetan menyulitkan warga untuk menanam tanaman hijau.
Kondisi ini membuat pemukiman terlihat kumuh. Guna mengatasi masalah ini, lima mahasiswa UGM berusaha menghadirkan solusi dengan merintis pelatihan pembuatan vertical garden bagi warga setempat.
Pasalnya, vertical garden telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan ruang hijau di lahan sempit. Karena bentuknya bisa disesuaikan dengan kesediaan dan struktur lahan yang tidak memakan banyak ruang.
Hal inilah yang memberikan ide kepada Dwi Wahyu Setiyarini, Dana Faulida, Azmia Naufala Zahra, Merry Olvia, dan Hana Fauziyyah Hanifin untuk menerapkan konsep kebun vertical. Konsep berkebun tersebut diterapkan di kawasan pemukiman di RT 26, 27, dan 28 Dusun Terban Kali Code, Gondokusuman, Yogyakarta.
Program pelatihan ini mereka kerjakan sebagai bagian dari Program Kreatifitas Mahasiswa di bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dengan judul MENATAP CALDERA (Menanam Sehat di Vertical Garden). Kebun vertikal ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sisa seperti botol bekas sebagai pengganti pot.
Barang-barang tersebut dapat digantung atau disusun secara vertikal. Selain menghemat biaya pembuatan vas, penggunaan botol bekas dilakukan sebagai upaya memanfaatkan sampah anorganik yang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggal warga.
“Pelatihan ini hanya contoh dan sebenarnya bisa diperluas dengan cara-cara yang lain. Bentuk botol bekas dan cara mengikatnya, serta tanaman yang ditanam juga bisa beraneka ragam,” kata Setiyarini.
Dalam satu bulan ini, para mahasiswa telah memberikan pelatihan sebanyak tiga kali. Saat ini benih tanaman yang disemai pun mulai tumbuh. Nantinya, hasil sayuran yang siap panen dapat langsung dikonsumsi atau dijual untuk tambahan pemasukan bagi rumah tangga.
Selanjutnya, proses perawatan dan monitoring akan diserahkan kepada pengurus atau kader yang telah dipilih. Ke depan para mahasiswa juga akan memberikan pelatihan khusus bagi ibu-ibu PKK, agar program ini dapat diterapkan secara lebih luas.
Selain pelatihan pembuatan kebun vertikal, PKM-M yang dilakukan kelima mahasiswa ini juga mencakup penyuluhan mengenai pemanfaatan sampah anorganik dan sampah organik. “Harapannya, tentunya ini bisa terus berkembang dan mereka bisa mandiri,” kata Setiyarini.