REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor meneliti upaya mengurangi emisi gas metana (CH4) dengan manipulasi pakan ternak.
"Pemberian pakan ternak ruminansia bertujuan agar ternak cepat tumbuh dan berkembang atau banyak memproduksi susu," kata Anuraga Jayanegara peneliti manipulasi pakan ternak untuk mengurangi emisi gas metana di Bogor, Rabu (4/5).
Ia mengatakan manipulasi pakan dengan mencampurkan tanin pakan adalah salah satu cara mitigasi untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan efek gas rumah kaca.
"Gas metana dari ternak ruminansia juga menjadi salah satu penyebab efek gas rumah kaca," katanya.
Menurutnya, ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba turut berperan dalam peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.
Tipikal emisi gas rumah kaca berasal dari kontribusi ruminansia berdampak pada pemanasan global.
Gas metana dihasilkan selama proses fermentasi pakan berserat di dalam rumen dan dikeluarkan ke lingkungan melalui ekskresi. Akibatnya lingkungan semakin tercemar karena meningkatnya gas metana di udara.
"Hasil penelitian membuktikan pemanfaatan bahan pakan lokal yang mengandung tanin sebagai alternatif penurunan produksi gas metana," katanya.
Tanin, lanjutnya, adalah senyawa metabolit sekunder tanaman atau pilfenol yang banyak terdapat pada hiajuan pakan ternak, bersifat antinutrisi dan dapat menyebabkan keracunan apabila dikonsumsi ternak secara berlebihan.
"Tanin dapat mengurangi produk gas metana saat proses pencernaan berlangsung, karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri metanogen yang memproduksi gas metana," katanya.
Ia mengatakan, jenis tanaman yang banyak mengandung tanin misalnya tanaman leguminosa atau kacang-kacangan. Caranya dengan mengekstrak tanaman tersebut, lalu diambil taninnya dan dijadikan pakan adiktif.
Ia menambahkan, ada dua cara mengetahui penurunan kandungan gas metana yang dihasilkan ternak ruminansia, yakni melalui pengukuran gas metana dari hasil pertukaran gas yang terjadi saat ternak ruminansia dimasukkan ke dalam respiratory chamber.
"Dan cara kedua melalui simulasi in vitro yakni dengan mensimulasikan rumen rumenansia kemudian dimasukkan pakan yang mengandung tanin dan cairan rumen, lalu diukur produksi gas yang terjadi," katanya.
Selain sebagai dosen dan peneliti, Anuraga juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Pengembangan Kariri Mahasiswa Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB. Ia juga seorang pengajar berprestasi dari Fakultas Peternakan IPB.