REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB Prof Djamar T.F. Lumban Batu menyebutkan, hati ikan yang mengandung cytocrome p-450 (cty p-450) dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan polutan di lingkungan perairan.
"Organ yang mampu melindungi tubuh ikan dari xenobiotik adalah hati. Dalam hati, enzim yang mudah terdeteksi saat proses biotransformasi adalah cty p-450 yang mampu mendeteks polutan di lingkungan," kata Djamar di Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/5).
Ia menjelaskan, ikan memiliki kemampuan untuk melakukan biotransformasi, bioakumulasi dan detoksifikasi untuk menurunkan derajat toksisitas dari xenobiotik (drugs, toksikan, steroids, karsionogen, mutagen, antigen, hormon ,dan vitamin).
Namun ikan juga mampu membentuk metabolite-metabolite yang lebih reaktif, mutagenik, karsinogenik dan sangat beracun."Xenobiotik akan mempengaruhi produktivitas perikanan, kesehatan ekosistem, keamanan pangan dan biomedis," katanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya selama 10 tahun dengan menggunakan landasan konsep drug-metabolizing enzyme activities pada level sub-selluar.
Metode tersebut mampu mendeteksi kontaminan lingkungan melalui determinasi aktivitas enzim pada level sub-selluar dengan tingkat kepekaan hingga pmol (pico mol) yang tidak dapat ditera dengan menggunakan metode konvensional.
"Salah satu hasil riset membuktikan kandungan cyt p-450 pada ikan kakap dan kembung di perairan Teluk Jakarta lebih tinggi 46 persen dibandingkan dengan perairan Pelabuhan Ratu," katanya.
Ia menjelaskan, arti dari penelitian tersebut yakni kualitas ikan di Pelabuhan Ratu lebih baik dari Teluk Jakarta.
Untuk pencegahan dan perlakuan terhadap penyakit infeksi pada ikan, lanjutnya, ada berbagai jenis antibiotik telah banyak digunakan pada budidaya perikanan. Residu antibiotik dalam tubuh ikan tersebut yang perlu diwaspadai. "Karena kalau dikonsumsi manusia akan bersifat karsiogenik," katanya.
Sementara itu, riset tentang biotransformasi pestisida juga dilakukan pada udang, hasilnya diketahui pembentukan metabolisme-metabolisme serta lintas-anjak metabolinya dan metabolite oxon type.
Ia menyebutkan, aktivitas enzim Acetyl Choline Esterase (AcChe) menurun hingga nol pada synaps sehingga pengiriman impuls saraf terhenti dan inilah penyebab kematian udang.
Menurutnya, tingginya aktivitas enzim oxidative desulfurase pada udang ternyata mampu melakukan konversi fenitrothion (FS) menjadi fenitrooxon (FO). "FO memiliki sifat toksisitas 20 ribu kali lipat dibanding FS," katanya.
Ia menambahkan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya telah menemukan bahan kimia Piperonyl butoxide (PB) yang mampu menghambat pembentukan FO pada udang. PB mampu menghentikan aktivitas enzim oxidative desulfurase sehingga tidak terbentuk FO.
"PB mengaktifkan enzim AcChe secara konstan hingga 100 persen, artinya PB efektif untuk mencegah kematian udang di tambak," katanya.