REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tiga mahasiswa IPB berhasil mengembangkan aplikasi untuk melakukan sensor konten pornografi secara otomatis di mesin pencari seperti Google Chrome, Mozilla dan Opera.
"Aplikasi melakukan sensor citra (gambar-red) dan teks porno secara otomatis, untuk video masih kita kembangkan," kata Yuandri Trisaputra, salah satu mahasiswa pembuat aplikasi Autocencor Antiporn kepada wartawan di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/6).
Aplikasi Autocencor Antiporn merupakan hasil penelitian tiga mahasiswa Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB semester delapan. Ketiganya yakni Ilham Satyabudi selaku ketua tim, Gusti Bima Marlawanto, dan Yuandri Trisaputra.
Yuandri menjelaskan, cara kerja aplikasi (ekstensi/add-on web browser) antipornografi ini bekerja dengan cara melakukan sensor terhadap konten-konten porno baik berupa tulisan maupun gambar citra yang ada di mesin pencari internet. "Aplikasi ini harus diunduh terlebih dahulu, caranya gampang tinggal cari di situs ayosensor.in, unduh dan bisa langsung digunakan," katanya.
Ia mengatakan, pada komputer yang sudah terpasang aplikasi sensor porno otomatis akan muncul logo IPA berwarna hijau hitam pada sudut kanan layar komputer di halam mesin pencari. Jika sudah terunduh, aplikasi akan bekerja secara otomatis, apabila terdapat teks atau gambar yang terindikasi pornografi. Untuk task, tulisan yang muncul berupa bintang-bintang, sedangkan pada gambar akan diganti otomatis dengan gambar kartun.
"Kami baru memasukkan korpus 199 kata baik dalam bahasa Indonesia, Jawa, bahasa gaul dan bahasa inggris yang terindikasi pornografi. Masih perlu ditingkatkan lagi secara berkala, setidaknya bisa 200 kata," kata Yuandri.
Sementara itu, Ketua tim Ilham Satyabudi menyebutkan, pembuatan aplikasi sensor porno otomatis tersebut tercetus dari kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) IPB. Dalam waktu tiga bulan mereka berhasil membuat program tersebut yang didanai oleh fakultas sebesar Rp 7 juta. "Latar belakang kami membuat aplikasi ini selain karena mengikuti PKM, juga berawal dari keprihatinan terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, kasus pemerkosaan, dan seks bebas," katanya.
Ia mengatakan, mahasiswa Departemen Ilmu Komputer IPB yang lebih condong ke pertanian. Dalam salah satu studi image processing diajarkan cara untuk mengklasifikasi daun tumbuhan. "Dari pelajaran image processing kami melakukan penelitian dengan menggunakan klasifikasi antipornografi," katanya.
Ilham menambahkan, dari data Komnas Perlindungan Anak, banyak kasus pemerkosaan terjadi terhadap anak, 62,7 persen pelajar SMP sudah tidak perawan lagi (Komnas PA 2008), 58 persen kasus kejahatan seksual terjadi dari 3.339 kasus yang dilaporkan ke Komnas PA (Komnas PA 2013) dan dari 85 juta pengguna internet di Indonesia 48 juta sudah mengakses situs porno.
"Ini yang melatarbelakangi kami untuk membuat aplikasi ini, selama tiga bulan proses pengerjaan dibimbing langsung oleh dosen pembimbing Toto Haryanto," katanya.