REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Program Studi (Prodi) Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mempertahankan status akreditasinya. Prodi yang berdiri sejak tahun 1986 itu dinyatakan kembali Terakreditasi A (sangat baik) oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Sesuai surat ketetapan Nomor 0493/SK/BAN-PT/Akred/S/V/2016, Psikologi UMM akan menyandang status tersebut hingga 2021. Dengan demikian, selama 10 tahun beruntun, Psikologi UMM meraih posisi sangat baik.
Ketua Program Studi Psikologi UMM Yuni Nurhamida mengatakan, meski sama-sama bernilai A, kali ini ada kenaikan angka skor. Untuk itu ia meyakini bahwa Psikologi UMM sudah jauh lebih baik dibanding lima tahun lalu. Menurut Yuni, Psikologi UMM memiliki keunggulan yang memungkinkan lulusannya langsung siap kerja, meski tidak melanjutan ke program profesi.
“Kami menerapkan Psikologi terapan yang memberikan tidak hanya knowledge, tapi juga skill melakukan intervensi psikologi nonklinis pada ranah individu, kelompok, organisasi, dan komunitas. Jadi meski tidak melanjutkan profesi, siap kerja dalam berbagai area sesuai batasan kode etik psikologi,” ungkap Yuni dalam siaran kepada Republika.co.id, Senin (13/6).
Yuni juga mengakui, Psikologi UMM berupaya menerjemahkan visi Muhammadiyah yang berpihak pada kelompok marginal. Hal ini dilakukan dengan cara praktikum dan pengabdian pada individu berkebutuhan khusus, sekolah inklusi, anak-anak panti asuhan, komunitas, serta masyarakat yang kurang memiliki akses pada perguruan tinggi. “Kami ingin membumikan teori dalam realitas keindonesiaan.”
Sampai saat ini UMM merupakan kampus swasta yang secara berkelanjutan menaikkan status akreditasi prodinya. Karena secara institusi sudah terakreditasi A, saat ini Kampus Putih lebih menfokuskan pada kenaikan Akreditasi prodi dilakukan tak hanya untuk tingkat nasional, tetapi juga global.
Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin menjelaskan, ihaknya sedang menyiapkan akreditasi tingkat internasional. Untuk tahap awal, Prodi yang sudah terakreditasi A akan menjadi pilot project. “Seluruh kepala prodi sudah diberi kesempatan untuk mencari benchmark di luar negeri sebagai rujukan awal melangkah ke pengakuan internasional,” kata Syamsul.