REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Sejumlah akademisi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengembangkan formula untuk pencegahan dan terapi radang gusi. Tim yang diketuai Ernie Maduratna tersebut mengembangkan beberapa alat khusus sebagai tindakan preventif terhadap penyakit radang gusi.
Ernie menjelaskan, salah satu alatnya yakni sikat gigi yang dapat menjadi indikator radang gusi sekaligus terapi awal gusi berdarah. Sikat gigi ini menggunakan teknik berputar dan teknik tusuk gigi. “Sikat gigi ini bisa memberi terapi khusus sehingga gusi menjadi lebih kuat,” jelasnya di sela-sela kunjungan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi di Kampus C Unair Surabaya, Rabu (24/8).
Menurutnya, dengan teknik tersebut sikat gigi ini dapat menahan bakteri dan racun agar tidak masuk ke dalam tubuh. Sebab, jika sampai masuk ke tubuh, lanjutnya, bakteri dan racun berpotensi merusak organ dalam di tubuh.
Sikat gigi ini akan lebih optimal jika digunakan berurutan dengan obat kumur yang terbuat dari Nigella Sativa. Larutan ini berfungsi sebagai penguat sel gusi, serta membunuh bakteri dan racun penyebab radang.
“Komposisinya berbeda dengan larutan yang beredar di pasaran. Sebab, bahan yang digunakan memang khusus untuk pembenahan sel gusi,” imbuh alumnus program doktoral Unair tersebut.
Namun, jika kondisi radang gusi sudah cukup parah, Tim Unair sudah meramu formula khusus. Tim Unair menemukan tetrasilin gel untuk mencegah gigi keporos akibat radang gusi. Gel ini bersifat anti-mikroba, anti-inflamasi, dan anti-kolagenase. Cara pemakaiannya, gel dimasukkan ke sela-sela gigi dan gusi yang bermasalah. Selain dibaluri gel, pasien diharuskan minum obat anti-kolagenase.
“Untuk aplikasi formula ini harus dilakukan dokter gigi, berbeda dengan sikat gigi dan kumur-kumur yang bisa dilakukan sendiri,” ujarnya.
Selain itu, tim juga membuat ramuan herbal dan alat laser khusus untuk penyembuhan gigi keropos yang disebabkan oleh radang gusi. Ernie mengklaim, kualitas laser ini tak kalah dengan produk impor. Bahkan, harganya lebih terjangkau dibandingkan laser impor. “Di klinik-klinik atau rumah sakit biasanya memakai produk impor yang harganya mencapai Rp 15 juta. Punya kami harganya di kisaran Rp 3 juta,” jelasnya.
Sedangkan untuk obat herbal terbuat dari bahan klorofil ekstrak Moringa atau daun kelor. Cara pemakaiannya dengan melumurkan obat herbal ke area yang akan diobati. Setelah itu, laser diarahkan ke titik tersebut. Obat herbal ini dijual seharga Rp 10 ribu per tiga mililiter. Sedangkan produk impor harganya mencapai Rp 400 ribu untuk ukuran yang sama.