Kamis 25 Aug 2016 21:18 WIB

Buat JavaTEX, Dosen Amikom Raih Gelar Profesor

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Irfan Fitrat
STMIK Amikom
Foto: amikom
STMIK Amikom

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Guru besar di STMIK Amikom Yogyakarta bertambah menjadi orang. Setelah M Suyanto, kini dosen Ilmu Komputer Ema Utami yang resmi menyandang gelar profesor.

Ema meraih gelar tersebut dengan karya unggulan berupa program “JavaTEX”. Suyanto, ketua STMIK Amikom, mengatakan, prestasi pengajar asli kampusnya itu sangat membanggakan. Ia menilai, Ema mampu ikut mendorong pencapaian visi dan misi institusi pendidikannya. “Kami sangat bangga. Saya harap prestasi Bu Ema dapat diikuti oleh teman-teman yang lain,” kata dia di kampus STMIK Amikom Yogyakarta, Kamis (25/8).

Program unggulan yang mengantarkan Ema meraih gelar profesor terinspirasi dari ArabTEX dan ChinaTEX. Ia kemudian bertekad membuat program pengembangan bahasa dalam komputer menggunakan bahasa Jawa, dan lahirlah JavaTEX. “Selain sebagai produk ilmiah, tujuan saya mengembangkan JavaTEX adalah untuk mempertahankan budaya daerah juga,” ujar dia.

Ke depannya, Ema berencana untuk mengembangkan program bahasa daerah lainnya. Yang paling dekat, kata dia, kemungkinan bahasa Sunda lantaran strukturnya dekat dengan bahasa Jawa. Dari sisi pribadi, Ema menilai, gelar guru besar yang diraihnya menjadi beban amanah yang cukup besar, utamanya dalam pengembangan ilmu translasi aksar pada komputer. Meski demikian, ia berharap, keberhasilannya meraih gelar profesor mampu mendorong rekan-rekan di STMIK Amikom untuk mencapai hal yang sama. 

Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V Bambang Supriyadi mengatakan, perjuangan Ema dalam meraih gelar profesor tidak mudah. Pasalnya, kata dia, kini nilai kredit publikasi karya ilmiah untuk menjadi profesor sangat tinggi, yakni 45 persen. Namun, Ema berhasil lulus ujian dengan nilai cukup bagus, 850. Selain membanggakan bagi kampus Amikom, gelar profesor Ema juga dinilai merupakan prestasi bagi Kopertis Wilayah V. “Dosen asli perguruan tinggi swasta yang menjafi profesor sangat sedikit. Hanya ada 47 orang, dan salah satunya Bu Ema,” ujar dia.

Bambang mengharapkan, prestasi Ema mampu memperkuat posisi STMIK Amikom dari sisi produk dan proses akademis. Termasuk mampu meningkatkan nilai akreditasi STMIK Amikom. Sebab, salah satu indikator yang dihitung dalam penilaian akreditasi adalah jumlah lektor kepala dan guru besar. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement