Jumat 02 Sep 2016 18:08 WIB

ITS akan Tambah Tiga Guru Besar

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan menambah guru besar sebanyak tiga orang. Sehingga total guru besar ITS akan menjadi 115 guru besar.

Ketiganya yakni, Aulia Siti Aisjah dari jurusan Teknik Fisika, Kuswandi dari jurusab Teknik Kimia, dan Muhammad Sigit Darnawan dari jurusan D3 Teknik Sipil. Masing-masing akan dikukuhkan sebagai guru besar ITS ke-113, 114, dan 115 di Grha Sepuluh Nopember ITS pada Rabu (7/9).

Aulia akan menjadi profesor perempuan pertama pada bidang pendidikan teknik fisika di Indonesia. Selama ini keilmuan teknik fisika banyak diterapkan di bidang industri. Namun, Aulia justru memilih untuk berkontribusi lebih dalam bidang pembangunan maritim di Indonesia.

“Saya menggeluti bidang pengendalian kelautan sejak 2004, sehingga hampir semua penelitian dan paper yang saya buat tentang kelautan,” jelas guru besar ke-2 di Jurusan Teknik Fisika ITS ini kepada wartawan di gedung Rektorat ITS, Jumat (2/9).

Wanita asal Magetan ini merupakan lulusan S1 dari jurusan Teknik Fisika, S2 dari jurusan Teknik Elektro, dan kemudian meraih gelar doktor dari jurusan Teknik Kelautan. Ketiga jenjang tersebut semuanya ia tempuh di ITS.

Sementara Kuswandi akan diangkat sebagai profesor ke-14 di Jurusan Teknik Kimia ITS. Dalam orasi ilmiahnya, Kuswandi akan menyampaikan tentang Aplikasi Kesetimbangan Fase Dalam Berbagai Satuan Operasi Teknik Kimia. “Saya mengembangkan penelitian ini selama tiga tahun sejak 1997 lalu, kala menempuh pendidikan S2 dan S3 di Prancis,” ujar dia.

Menurut Kuswandi, penelitiannya merupakan metode baru untuk menyetimbangkan fase untuk meningkatkan kemurnian zat. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisa untuk merancang alat yang dibutuhkan oleh dunia industri.

Sedangkan Muhammad Sigit akan dikukuhkan sebagai salah satu guru besar dalam bidang ilmu struktur beton. Dosen Jurusan Diploma Teknik Sipil ITS ini tengah melakukan penelitian mengenai masalah struktur beton bertulang di air laut. Ia menawarkan beton geopolimer sebagai solusi mengatasi masalah korosi beton di air lait.

Menurutnya, selama ini beton yang dibuat dari semen dengan proses hidrasi umumnya mudah retak sehingga mengakibatkan zat penyebab korosi lebih cepat masuk. “Sedangkan beton geopolimer dibuat dengan proses polimerisasi menggunakan abu terbang (fly ash), yakni limbah industri pembangkit listrik,” tutur dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement