Selasa 06 Sep 2016 16:16 WIB

Mahasiswa Ubaya Buat Insektisida dari Jamur

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melakukan penyemprotan insektisida untuk mengantisipasi penyebaran hama ulat bulu.
Foto: Antara/Septianda Perdana
Petugas melakukan penyemprotan insektisida untuk mengantisipasi penyebaran hama ulat bulu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Jurusan Teknobiologi, Universitas Surabaya (Ubaya), Derdy Janli memanfaatkan jamur entomopatogen untuk membuat obat pembasmi serangga. Jamur ini hidup di tanah yang lembab dan dingin.  

Derdy menjelaskan, bioinsektisida temuannya tersebut ramah lingkungan, berbeda dengan insektisida kimia yang beredar di pasaran. Berdasarkan literatur, insektisida kimia dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti kerusakan pada konservasi lingkungan serta resistensi dan resurgensi hama.

Oleh sebab itu, Derdy mencoba mencari alternatif insektisida tanaman yang aman untuk lingkungan dan residu pada manusia. Derdy kemudian menemukan salah satu alternatif pengendalian hama insektisida sintetik dengan bioinsektisida dari jamur/fungi tipe entomopatogen.  

Jamur entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga  melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Kemudian  inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga akan berkembang sehingga menyerang seluruh jaringan tubuh sehingga menyebabkan serangga mati.

"Bioinsektisida ini mampu menjadi alternatif pengganti insektisida sintetik yang biasa dipakai petani untuk mematikan hama tanaman sejenis serangga, karena tidak membahayakan lingkungan dan manusia," ucap mahasiswa angkatan 2012 tersebut, Selasa (6/9).

Dia melakukan percobaan dengan mengambil sampel tanah yang ada di Kota Batu sebanyak 300-400 gram. Tanah itu kemudian diletakkan 10 ulat hongkong lalu dibiarkan selama 1-2 pekan. Alhasil, ulat mati dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang mengering, ada yang tubuhnya dipenuhi jamur berwarna putih. Jamur yang ada pada kulit ulat yang mati kemudian diambil dan ditanam pada media agar selama empat hari. Hasilnya muncul jamur yang berwarna ungu dan putih.

Jamur yang berwarna putih itulah yang disebut jamur entomopatogen. Kemudian jamur ini diekstraksi dengan cara diambil racunnya dengan dilarutkan ke media cair dengan formulasi khusus sehingga didapat toksin yang berasal dari jamur entomopatogen.

Cairan tersebut kemudian disemprotkan kembali kepada ulat hongkong dan hasilnya ulat tersebut mati. Dalam percobaannya, reaksi pada hama terlihat cukup cepat, sekitar 1-5 menit kemudian ulat mati. Bioinsektisida tersebut bisa langsung diaplikasikan untuk membunuh hama di sawah. Komposisinya, 42 miligram toksin dicampur dengan satu liter air.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement