REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Jajaran guru besar di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, kembali bertambah. Ini ditandai dengan pengukuhan Dr Ning Iriyanti, sebagai Guru Besar Bioteknologi Pakan pada Fakultas Peternakan, di gedung Soemardjito Komplek Kampus Unsoed Grendeng, Selasa (4/10).
''Dengan pengukuhan Dr Ning Iriyanti, jumlah guru besar di Unsoed saat ini bertambah menjadi 63 orang,'' jelas Rektor Unsoed, Dr Achmad Iqbal, dalam acara pengukuhan tersebut. Dengan pengukuhan tersebut, maka Dr Ning resmi mendapatkan gelar profesor.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr Ning Iriyanti yang lahir di Banyumas, 11 Maret 1964 tersebut, menyampaikan pidato berjudul Pakan Fungsional Sebagai Upaya Pemenuhan Tuntutan Akan Kemandirian Imbuhan Pakan Dan Untuk Mendorong Terwujudnya Keamanan Produk Unggas yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).
Menurutnya, pemeliharaan ternak unggas saat ini tidak bisa dilepas dari pemberian imbuhan pakan ternak berupa antibiotik, enzim, hormon, probiotik, prebiotik, sinbiotik, fitobiotik, obat herbal, dan lain-lain. Tujuan penggunaan pakan imbuhan selain untuk peningkatkan performa ternak, juga sebagai pencegahan terhadap penyakit/untuk menjaga kesehatan ternak.
Namun penggunaan pakan imbuhan tersebut, di beberapa wilayah diketahui sering meninggalkan residu antibiotik pada daging ternak yang akan dikonsumsi. ''Adanya residu ini tentu akan sangat berbahaya bagi masyarakat yang mengkonsumsi,'' jelasnya.
Alumnus Doktor dari Fakultas Peternakan UGM ini menyebutkan, penggunaan antibiotik yang tidak semestinya, memang akan menyebabkan produk ternak unggas yang dihasilkan menjadi tidak aman dikonsumsi.
Hal ini bertentangan dengan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, UU No. 7/1996 tentang Pangan dan Peraturan Menteri Kesehatan No.722/1988 yang dituangkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI-01-0222-1995) dan Pasal 78 UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Untuk itu, Prof Ning Iriyanti menyebutkan, penggunaan bahan alami sebenarnya bisa menjadi alternatif pemberian pakan imbuhan. Bahkan menurutnya, pakan fungsional dan banyak terdapat di Indonesia, sehingga peternak tidak kesulitan untuk mendapatkannya.
''Pakan alami ini, bisa diklasifikasikan mengandung fitogenik, enzim, probiotik, dan prebiotik, selain mempunyai fungsi dasar (kandungan nutrien) juga dapat meningkatkan produktivitas ternak, menekan angka kematian, dan memperbaiki rasio konversi pakan, meningkatkan status kesehatan serta mengurangi risiko penyakit,'' katanya.
Salah satu pakan alami yang diteliti Prof Ning, minyak ikan lemuru sebagai pakan sumber omega-3. Penggunaan bahan alami ini, ternyata mampu menghasilkan agen hayati penghambat histamin yang dapat menyebabkan berbagai gangguan antara lain alergi, gatal-gatal dan keracunan pada ternak unggas.
Berdasarkan kajian dan penelitian tersebut, dia menyimpulkan pemenuhan pakan imbuhan dengan mengandalkan sumber daya alam lokal seperti minyak ikan lemuru, probiotik isolat indegenous, prebiotik alami, dan ramuan herbal fermentasi, mampu meningkatkan keseimbangan mikroflora dalam saluran cerna yang akan meningkatkan sistem imun, performa dan produksi serta kinerja ternak unggas. ''Lebih dari itu, ternak yang dihasilkan juga akan menghasilkan daging ternak yang UTUH,'' jelasnya.