REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menargetkan kuota penerima biaya pendidikan mahasiswa miskin (Bidikmisi) naik 415 ribu hingga 420 ribu orang pada 2017. Tahun ini penerima Bidikmisi mencapai 320 ribu orang.
"Saya akan perjuangkan di DPR. Sekarang kan 60 ribu (kuota Bidikmisi tiap tahun), jadi total 320 ribu," ujar Menristekdikti M Nasir di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, Jumat (21/10).
Menurut Nasir, pihaknya menarget tidak hanya menambah jumlah penerima, tetapi juga menaikkan nilai beasiswa. Namun, dia masih mengkaji kebutuhan anggaran mengingat ada efisiensi anggaran kementerian. "Saya ingin tidak hanya yang menerima tambah, tetapi juga ada kenaikan," ujarnya.
Saat ini, mahasiswa penerima Bidikmisi menerima dana Rp 600 ribu per bulan. Namun, Nasir mengaku kenaikan nilai Bidikmisi akan membutuhkan anggaran relatif besar. "Begitu saya naikkan Rp 100 ribu, jadi Rp 700 ribu, saya harus punya anggaran Rp 0,5 triliun. Dengan PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dinaikkan, anggaran bisa Rp 1 triliun," ujarnya.
Untuk menyiasati anggaran, pihaknya akan mengkaji mekanisme pembagian Bidikmisi. "Saya harus kaji nilai yang diterima banyak atau jumlah (penerima)nya dikurangi, atau terima (beasiswa dengan nilai) sedikit, tapi jumlah penerima naik," ujarnya.
Rektor Universitas Syiah Kuala Samsul Rizal mengatakan banyak mahasiswa penerima Bidikmisi yang mencatatkan prestasi. Bahkan, dia mencatat empat mahasiswa Universitas Syiah Kuala memiliki Indeks Prestasi Akademik lebih dari 3,9. "Kalau yang IPK-nya 3,5 ke atas mungkin 100-an," ujarnya.
Dia mengungkapkan mahasiswa penerima Bidikmisi di universitasnya mencapai 5.803 orang dari 32 ribu mahasiswa. "Jumlah penerima Bidikmisi sudah lebih dari 20 persen, sekitar 23 persen untuk mahasiswa S1," ujarnya.