REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) akan merevitalisasi sejumlah politeknik yang ada di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan vokasi untuk mencetak tenaga kerja yang berkualitas.
Menristek dikti Muhammad Nasir mengatakan ada 12 politeknik yang direvitalisasi. Dengan tujuan mempersiapkan lulusannya sesuai dengan kebutuhan industrinyang berkembang.
"Tujuannya adalah kita ingin meningkatkan pendidikan politeknik sesuai kebutuhan industri. Jadi ketetampilan tenaga kerja yang akan lulus atau kesiapan dari politeknik ini betul digunakan untuk industri. Ini menjadi sangat penting," kata Nasir usai mengunjungi Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Kamis (3/11).
Nasir menuturkan lewat program revitalisasi diharapkan politeknik dapat memperbaiki mutu di berbagai sektor. Baik kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri yang tengah berkembang.
Dari sisi pengajar, Nasir mengatakan para dosen yang mengajar di politeknik 50 persen harus merupakan praktisi dari dunia industri. Sehingga pengalaman dan keahliannya dapat diterapkan secara langsung kepada mahasiswa.
"Sistem perkuliahan juga harus lebih banyak praktek. Misalnya tiga semester mahasiswa itu di kelas tapi di dalamnya laboratorium jadi bukan hanya teori saja. Dua semester bisa sama industri langsung. Satu semeseter tugas akhir. Ke depan kami bangun teaching factory di poltek supaya lebih memudahkan," kata Nasir.
Nasir menyebutkan revitalisasi akan berjalan pada 2017 mendatang. Dengan anggaran diperkirakan Rp 200 miliar untuk 2017 yang akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kampus.
Sebanyak 12 politeknik tersebut tersebar dari Pulau Sumatra hingga Indonesia bagian timur. Di antaranya politeknik bidang elektronika dan perkapalan di Surabaya, Politeknik bidang pangan di Jember, hingga politeknik bidang gas di Ambon yang disiapkan untuk menyiapkan blok marsela.
Revitalisasi pun tidak terhenti pada 12 politeknik saja tapi diharapkan dapatvmenyeluruh hingga 262 poltekniknyang ada di Indonesia. Program ini dikatakan Nasir menjadi upaya untuk meningkatkan daya saing masyatakat Indonesia. Tidak hanya secara regional tapi juga internasional.
"Bagaimana mau mencetak tenaga kerja yang baik, kalau dari kurang lebih 4.300-an perguruan tinggi kita saja politekniknya cuma sedikit dan peminatnya juga sedikit," ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik per Agustus 2014 menyebutkan 9,3 persen pengangguran di Indonesia adalah alumni perguruan tinggi termasuk diantaranya lulusan bergelar sarjana. Untuk itu, kebijakan Kemenristekdikti yang akan dikeluarkan di tahun 2017 untuk pembangunan ditekankan Nasir akan fokus pada politeknik. Agar lulusannya langsung siap bersaing di dunia kerja.