REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Rektor Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya Profesor Rudi Priyadi menilai jumlah guru besar masih terbilang minim di wilayah Priangan Timur, termasuk Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Untuk itu, pemerintah pusat diminta mempercepat proses kenaikan status dosen bergelar doktor menjadi guru besar.
Khusus Unsil, Rudi mengatakan, hingga kini baru mempunyai sembilan guru besar. Tiga di antaranya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dua di Fakultas Ekonomi, satu di Fakultas Teknik, serta tiga profesor di Fakultas Pertanian. Satu guru besar di Fakultas Pertanian, Profesor Budy Rachmat, baru dilantik, Rabu (3/11). “Tujuh tahun tidak ada upacara pengesahan guru besar. Tapi, alhamdulillah, hari ini ada pengukuhan guru besar. Total sekarang guru besar menjadi sembilan orang,” kata Rektor, dalam sambutan pelantikan pengukuhan guru besar Unsil.
Rudi berharap jumlah guru besar ini terus bertambah dan bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Para guru besar yang ada pun diharapkan mampu menerapkan ilmunya demi kepentingan masyarakat. Sehingga, kata dia, gelar guru besar bukan sekadar prestise, melainkan dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. “Ekspektasi masyarakat pada guru besar itu sangat tinggi karena kualitas dan kecerdasannya. Kami harap para guru besar bisa melaksanakan perannya dalam membimbing calon doktor, melakukan penelitian, dan mengabdikan ilmunya bagi masyarakat,” ujar dia.
Menurut Rudi, sebenarnya ada juga 20 dosen bergelar dokter di Unsil yang hendak menaikkan statusnya menjadi guru besar. Namun, mereka terkendala sulitnya memenuhi persyaratan menjadi guru besar. Seperti, mempunyai tulisan yang lolos jurnal internasional. Untuk itu, ia mengatakan, para dosen tersebut akan terus didorong agar menulis di jurnal internasional. Meskipun, upaya itu dinilai tidak mudah. “Memang tidak mudah, harus seleksi seluruh dunia. Apalagi, jurnalnya harus yang diakui dunia,” kata dia.
Adapun mengenai dana riset, Rudi mengatakan, para calon guru besar tidak perlu khawatir. Sebab, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan dana yang bisa digunakan. Ia berharap persoalan dana ini tidak menjadi kendala. “Mengenai dana riset, karena sudah kampus negeri, ada dananya dari Dirjen Riset dan Pengembangan. Jadi, kalau mampu ya dibiayai, ada yang bisa sampai setengah miliar. Kalau tidak dapat hibah, ada bantuan yang lain,” ujar dia.