REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan orasi ilmiah dalam Sidang Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ke-56, di Graha ITS, Surabaya, Kamis (10/11).
Dalam orasinya, Sri Mulyani menyampaikan tentang posisi pemerintah dalam menanggapi kondisi ekonomi Indonesia terkini. Ia juga memaparkan tantangan perekonomian global yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menkeu juga meminta agar civitas akademika ITS untuk mendukung pembangunan nasional. Ia optimistis ITS dapat berperan besar dalam mendorong pembangunan melalui penciptaan berbagai inovasi teknologi.
“Inovasi adalah salah satu kunci penting bagi suatu negara untuk mengakselerasi produktivitas dan pembangunan ekonomi. Saya ingin agar inovasi yang diciptakan ITS dapat bermanfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan berupaya untuk menciptakan iklim yang mendukung pengembangan dan pengaplikasian inovasi teknologi. Berbagai langkah yang telah diambil, antara lain reposisi lembaga pendidikan dan lembaga riset negara; pengembangan wahana interaksi dan kolaborasi antara industri, peneliti dan akademisi; serta penataan hukum yang mengarah pada riset dan inovasi.
“Saya berharap dalam usia yang telah melebihi setengah abad ini, ITS dapat terus mempertahankan dan meningkatkan reputasi internasionalnya. Pencapaian tersebut hendaknya juga dapat memacu ITS untuk berkarya dan berkontribusi lebih banyak lagi,” imbuhnya.
Peran perguruan tinggi seperti ITS ini dinilai penting, sebab Indonesia masih menghadapi tantangan domestik dari segi infrastruktur yang belum memadai. Selain itu, tingkat inovasi dalam negeri yang masih rendah, serta pasar keuangan domestik yang belum berkembang, sehingga belum mampu mendukung pendanaan.
Kualitas infrastruktur Indonesia kerap menjadi topik pembahasan di berbagai diskusi. Dalam laporan Global Competitiveness Report 2016-2017, kualitas infrastruktur Indonesia berapa pada peringkat 60 dari 138 negara. Posisi tersebut masih jauh dari negara tetangga seperti Thailand di peringkat 49 dan Malaysia di peringkat 24.
Peringkat tersebut menunjukkan infrastruktur menjadi tantangan utama. Padahal infrastruktur menjadi salah satu kunci utama dalam meningkatkan daya saing. Berdasarkan studi empiris World Economic Outlook pada Oktober 2014, pembangunan infrastruktur yang masif dapat memberikan efek ganda yang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, investasi publik pada sektor infrastruktur, teknologi dan pendidikan juga dianggap dapat meningkatkan permintaan dan menekan tingkat ketimpangan.
“Tersedianya kualitas infrastruktur yang memadai akan memberikan ruang seluas-luasnya bagi sektor industri untuk tumbuh dan berkembang. Infrastruktur juga dapat menciptakan pasar persaingan yang lebih sehat. Peningkatan aksesibilitas antar daerah dan pasokan listrik yang merata akan menciptakan kondisi pasar yang lebih efektif untuk dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.