REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Untuk kali pertama, Intitut Agama Islam Sahid (INAIS) atau Sahid Islamic Enterpreneurial University Bogor mewisuda sarjana angkatan pertama sebanyak 75 wisudawan dan wisudawati yang berasal dari tiga fakultas dan enam jurusan.
''Hingga saat ini jumlah alumni hampir mencapai 499 orang wisudawan/wisudawati, yang telah tersebar dan diserap oleh berbagai instansi baik pemerintah dan swasa di Indonesia, maupun yang berwirausaha,'' ungkap Rektor INAIS, Prof Dr Ir Musa Hubeis, Ms, Dipl, Ing, DEA
Prof Musa menjelaskan INAIS merupakan transformasi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Modern Sahid (STAIT MS). ''INAIS merupakan transformasi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Modern Sahid (STAIT MS) Bogor, yang berlokasi di Kawasan Padepokan Sahid Wisata Gunung Menyan (PSWGM) Keamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, di bawah naungan Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khotimah (YWSHK),'' jelas Prof Musa.
Hadir dalam acara wisuda perdana program S-1 INAIS tahun 2016, Ketua dan Wakil Pendiri Pembina INAIS, Prof Dr KPH H Sukamdani Sahid Gitorsarjono dan Hj Juliah Sukamdani), Ketua umun YWSHK, Prof Drs Showam Masjhuri, SU, Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah Jawa Barat dan Banten, yang sekaligus merupakan rektor UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Prof Dr H Mahmud, MSi dan Muspida Kabupaten Bogor.
Tema besar pada Wisuda perdana program Sarjana S-1 INAIS 2016 adalah Peran Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Menghadapi Tantangan Sumber Daya Insani Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam sambutannya, Rektor INAIS mengatakan Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan agenda integrasi ekonomi bagi negara-negara ASEAN yang bertujuan menghilangkan atau meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam kegiatan ekonomi lintas kawasan, sehingga daya saung ASEAN meningkat, khususnya Indonesia.
Bagi Indonesia, ungkap Prof Musa, keberadaan MEA menjadi babak awal dalam mengembangkan ekonomi di kawasan Aia Tenggara. Di sisi lain MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia, yakni menjadi kesempatan baik untuk meningkatkan mutu dan kuantitas produk serta sumber daya insani (SDI) Indonesia kepada negara-negara lain dengan terbuka, dan hal lainnya dapat menjadi boomerang bila Indonesia tidak dapan memanfaatkannya dengan baik.
Untuk itu, sambung Prof Musa, INAIS sebagai sebuah Intelectual academic institution yang menyediakan sumber daya insani (SDI) yang siap bersaing dalam dunia kerja, menyikapinya dengan melalui pembekalan ilmu teori dan terapan sehingga program MEA tidak menjadi suatu factor penghambat bagi pembangunan dalam arti luas.
''Di sisi lain, dalam perspektif ketenagakerjaan di tingkat MEA, hal ini merupakan kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja di Indonesia, termasuk para alumni INAIS yang memiliki keahlian yang beragam,'' jelas Prof Musa menambahkan.