REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Universitas Islam Indonesia (UII) berbangga hati, lantaran Program Dance Club (IPDC) berhasil meraih prestasi di tingkat International. Dalam ajang 9th International Folklore Festival yang digelar di kota Saint Petersburg Rusia, IPDC UII berhasil memboyong enam penghargaan bergengsi.
Penghargaan yang berhasil diraih oleh IPDC antara lain, First Prize for Folk Dance kategori usia 18 sampai 45 tahun, Star of Interfolk 2016, Jury Prize for Best Accompaniment Music, Jury Prize for Best Artistry, dan Jury Prize for Performance Mastery.
"IPDC UII menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang menyabet enam penghargaan sekaligus dalam even tersebut," ungkap Ketua Delegasi IPDC UII, Rokhedi Priyo Santoso, Kamis (17/11).
Dengan prestasi ini mereka tidak hanya mengharumkan nama almamater, tapi juga mengangkat citra kesenian klasik Indonesia dalam ajang festival tari tingkat dunia. Priyo mengatakan, perjuangan yang harus dilalui sampai di tahap tersebut sangat tidak mudah.
Timnya harus bersaing dengan 53 kelompok kesenian dari 29 negara dalam beberapa babak. Panitia juga mendatangkan dewan juri yang sangat kompeten di bidang seni tradisional seperti Ketua Bidang Lagu Rakyat di St. Petersburg State Institute of Culture, Koreografer pemenang penghargaan dari UNESCO, Dekan Fakultas Kesenian Rakyat di Gnessin Russian Academy of Music, dan Profesor bidang Etnomusikologi.
"Pada babak awal, kami mempersembahkan satu tarian Aceh yang bernama Tarek Pukat," tutur Priyo. Pelatih Tari IPDC UII, Muhaimin Yahya mengemukakan, tarian Tarek Pukat biasanya dibawakan oleh sekelompok penari wanita yang menari dengan menggunakan tali. Tarian tersebut menggambarkan tentang aktivitas para nelayan Aceh saat menangkap ikan di laut.
Penampilan perdana mereka di hadapan publik Rusia mendapat sambutan positif dari para penonton. "Para penonton tampak merasa terhibur dengan tarian yang kami persembahkan. Mereka juga memberikan pujian serta sapaan hangat meski cuaca di Peterhof tengah dilanda musim dingin dengan salju yang tebal," kata Muhaimin.
Di babak berikutnya, IPDC UII kembali menampilkan tarian asal Aceh, yaitu Ratoh Jaroe yang berdurasi 10 menit. Tarian ini memiliki ciri khas berupa perpaduan harmonis antara gerak badan dan tangan dengan formasi, kekompakan dan alunan musik rapa’i (semacam gendang dari Aceh). Tarian ini memiliki arti puji-pujian dan dzikir terhadap Allah SWT yang didendangkan sambil duduk.
Direktur Eksekutif Koordinator Program Lomba 9th Interfok 2016, Julia Blinova menyampaikan, dalam babak final interfolk ke-9 ini Indonesia bersaing dengan 23 tim yang menampilkan berbagai tarian tradisional khas negaranya masing-masing. “Indonesia berhasil menjadi bintang dalam interfolk tahun ini yang diapresiasi dengan penghargaan Star of Interfolk," ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Mohamad Wahid Supriyadi mengaku bangga dengan prestasi Indonesia dalam ajang kebudayaan dunia tersebut. Pasalnya ajang ini bisa berperan sebagai bagian dari diplomasi Indonesia dan upaya membangun persahabatan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
"Ini ajang yang sangat bergengsi dan strategis. Saya bangga dengan prestasi teman-teman dari UII pada ajang ini," katanya. Setelah Festival dan Kompetisi Interfolk 2016 ini selesai, Indonesia mendapatkan undangan untuk mengikuti ajang kebudayaan internasional di Armenia untuk tahun 2017.