Rabu 07 Dec 2016 14:40 WIB

Mengenal Jenis Beasiswa S2 dan S3

Suasana seminar bertajuk “Kupas Tuntas Beasiswa LPDP Bersama Awardee Dunia” yang digelar di kampus UIN Jakarta, Ciputat, Senin (5/12/2016).
Foto: Dok UIN Jakarta
Suasana seminar bertajuk “Kupas Tuntas Beasiswa LPDP Bersama Awardee Dunia” yang digelar di kampus UIN Jakarta, Ciputat, Senin (5/12/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGSEL – Pemerintah Indonesia mendorong warganya untuk terus menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Salah satunya melalui program beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP). Terkait hal tersebut, awardee (penerima) beasiswa LPDP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar seminar bertajuk     . Seminar yang didukung Harian Republika itu   diadakan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Senin (5/12/2016).

Seminar yang dihadiri sekitar 1.200 mahasiswa dan dosen dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Jadebotabek, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya itu menampilkan nara sumber para penerima beasiswa LPDP. 

Mereka adalah  Aldo Marciano Kaligis MSc (alumnus the University of Manchester dan mantan ketua PPI United Kingdom), Kenny Fernando (mahasiswa Magister Joint Degree Universitas Indonesia dan Vrije Universiteit Amsterdam), Andri Rizky Putra mahasiswa Magister Bisnis Harvard University), Resty Sandy Tyas  (mahasiswa Magister Ekonomi Adelaide University, Australia), Sabrina Eriyanti, Mahasiswa Dokter Spesialis Kardiologi Universitas Indonesia),   dan Zulfan Taufik (alumnus Doktoral SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Dalam seminar tersebut terungkap ada beberapa jenis beasiswa S2 (magister) dan S3 (doktoral) yang disediakan oleh LPDP. Jenis-jenis beasiswa itu adalah beasiswa Indonesia  presidensial scholarship, beasiswa pendidikan Indonesia luar negeri/ dalam negeri, beasiswa afirmasi, beasiswa dokter spesialis, serta beasiswa tesis dan disertasi.

Aldo Marciano Kaligis mengemukakan, beasiswa presidensial atau Indonesia Presidential Scholarship adalah program beasiswa magister  dan doktor yang diinisiasi oleh pemerintah Indonesia melalui LPDP dengan menggunakan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang dikelola oleh LPDP bekerja sama dengan pihak Kepresidenan RI untuk menempuh studi pada perguruan tinggi terbaik di dunia.

“Indonesia Presidential Scholarship  (IPS) bertujuan menyiapkan generas iemas Indonesia melalui SDM yang berkualitas baik sebagai pemimpin maupun ilmuwan di berbagai bidang dalam  rangka menyiapkan Indonesia negara yang maju pada 100 tahun kemerdekaan RI padatahun 2045,” tutur Aldo Marciano Kaligis.

Kenny Fernando menjelaskan,  Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) adalah program beasiswa yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan DPPN dan dikelola oleh LPDP untuk pembiayaan studi lanjut pada program magister atau program doktoral di perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri.

“Beasiswa ini bertujuan untuk mendukung ketersediaan sumber daya manusia Indonesia yang berpendidikan dan berkualitas serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan mempunyai visi masa depan bangsa yang kuat sebagai pemimpin Indonesia masa depan,” ujar Kenny Fernando.

Sabrina Erriyanti menyebutkan, beasiswa pendidikan Indonesia dokter spesialis adalah program beasiswa yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan DPPN dan dikelola oleh LPDP untuk pembiayaan studi lanjut pada program spesialis di perguruan tinggi di dalam negeri.

Resty Sandy Tyas menjelaskan,  beasiswa afirmasi adalah beasiswa yang diberikan kepada empat kelompok masyarakat. Pertama, masyarakat di daerah perbatasan; yaitu wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kawasan perbatasan terdiri dari kawasan perbatasan darat dan laut, yang tersebar secara luas dengan tipologi yang beragam, mulai dari pedalaman hingga pulau-pulau kecil terdepan (terluar).

Kedua, kata Resty,  daerah tertinggal; yaitu daerah dengan pencapaian pembangunan yang rendah dan diperhitungkan memiliki indeks kemajuan pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia di bawah rata-rata indeks nasional.

Ketiga, alumni penerima Bidikmisi dan kelompok masyarakat berprestasi dari keluarga miskin yang memiliki IPK Minimal 3,50. “Keempat, kelompok masyarakat yang telah berjasa membawa nama bangsa Indonesia dalam bidang olah raga dan seni budaya baik di tingkat nasional maupun internasional,” papar Resty Sandy Tyas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement