REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) secara resmi meluncurkan pendirian Pusat Studi ASEAN (PSA), Rabu (14/12). Peresmian PSA ini menindaklanjuti Memorandum of Understading (MoU) yang telah ditandatangani Wakil Rektor I UMM Prof Syamsul Arifin dan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Jose Tavares, di Jakarta, Kamis (1/12) lalu.
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut akan melandasi kerja sama kedua belah pihak dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan kerja sama ASEAN. Beberapa bentuk kerja sama akan dilakukan dalam bidang pendidikan, penelitian, pengkajian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Adapun ruang lingkup kerja sama di antaranya pendidikan, pelatihan, lokakarya, seminar, penelitian, publikasi, dan penerbitan karya akademik untuk mempromosikan kerja sama ASEAN kepada para pemangku kepentingan secara luas. Dengan berdirinya PSA UMM, saat ini telah terbentuk 34 PSA yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam sambutannya, Rektor UMM, Fauzan, menyatakan dengan adanya fasilitas ini, yang terpenting adalah fokus yang akan dikembangkan. “Meski PSA UMM bukan yang pertama, tapi persoalan bukan pada urutan, melainkan bidang apa yang akan diangkat dan bisa memberi kontribusi nyata untuk bisa bersama-sama memajukan ASEAN,” ujarnya, dalam siaran pers.
Launching PSA ini dirangkaikan dengan seminar bertajuk ‘Perkembangan Kerja Sama Masyarakat ASEAN: Peluang dan Tantangan Bagi Daerah’ yang digelar di Theater UMM Dome. Hadir sebagai pembicara Sekretaris Ditjen Kerja Sama ASEAN, Ashariyadi, dan dosen Prodi Hubungan Internasional UMM, Dyah Estu Kurniawati.
Acara dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai kalangan, di antaranya instansi pemerintahan, organisasi otonom Muhammadiyah, pelaku Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), perwakilan PSA perguruan tinggi di Jawa Timur, mahasiswa, serta sivitas akademika UMM.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional (HI) UMM, Dyah Estu Kurniawati, menyatakan, salah satu hal yang terpenting dalam kerja sama ASEAN adalah membuat jejaring. Hal ini karena penduduk Indonesia menempati 40 persen dari jumlah penduduk di ASEAN, tetapi daya saing Indonesia masih tergolong rendah.
Sementara itu, Ditjen Kerja Sama ASEAN, Ashariyadi, menyatakan ada tiga hal yang akan menjadi pilar pengembangan di ASEAN. Yakni pilar politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Memersiapkan hal itu, maka peluncuran PSA UMM ini dinilai Ashariyadi sangat strategis.