Rabu 28 Dec 2016 14:29 WIB

Kemristekdikti: Mahasiswa Vokasi Indonesia 5,6 Persen

Red: Nidia Zuraya
Kemenristekdikti
Kemenristekdikti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyatakan jumlah mahasiswa vokasi di Tanah Air hanya 5,6 persen dari total mahasiswa atau jauh lebih kecil dibandingkan negara lain. 

"Di Austria, jumlah mahasiswa vokasi mencapai 78 persen. Untuk itu, pada 2017, kami akan melakukan revitalisasi 12 perguruan tinggi," ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Jakarta, Rabu (28/12). 

Revitalisasi itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi vokasi di Tanah Air agar sesuai dengan kebutuhan industri. Selama ini, lanjut dia, antara kebutuhan industri dan lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak relevan. "Untuk itu pemerintah bertekad melakukan revitalisasi," ucapnya. 

Sementara itu, Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti Patdono Suwignjo, mengatakan pada 2017 pihaknya akan melakukan berbagai aturan baru yakni tidak memberikan izin pendirian izin universitas baru. "Kecuali untuk institut dan perguruan tinggi," kata Patdono. 

Selain itu, tidak ada lagi pembukaan program studi baru selain program studi sains, matematika, dan teknik. Patdono menyebutkan pihak industri juga akan mengubah pola rekrutmen karyawan baru yang lebih mengutamakan lulusan pendidikan vokasi. 

"Rekrutmen baru nanti, tidak lagi mengutamakan ijazah tetapi sertifikat kompetensi," kata dia. 

Meski demikian, pihaknya mengakui pendidikan vokasi kalah populer dibandingkan universitas. Oleh karena itu, pihak Kemristekdikti juga melakukan sosialisasi untuk mengubah pola pikir mengenai pendidikan vokasi. 

"Ke depan, kurikulum vokasi akan diubah dan akan melibatkan industri. Para dosennya pun sebagian besar industri dan akan menerapkan dual sistem yakni separuh pembelajaran di kampus dan sisanya industri," ujar Patdono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement