Selasa 07 Feb 2017 05:30 WIB

Peringatan Dua Abad Martha Christina Tiahahu Diusulkan

Martha Christina Tiahahu
Foto: Indonesia-Tourism.com
Martha Christina Tiahahu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kalangan di Provinsi Maluku mengusulkan penyelenggaraan peringatan dua abad wafatnya pahlawan nasional Martha Christina Tiahahu pada 2 Januari 1818. Agar perjuangannya menjadi inspirasi bagi generasi saat ini.

Demikian salah satu intisari dari diskusi "Aktualisasi Nilai Kepahlawanan Martha Christina Tiahahu" di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, Senin (6/2), seperti disampaikan dalam keterangan pers yang disampaikan di Jakarta.

Narasumber dalam diskusi ini, antara lain Dipl. Oek. Engelina Pattiasina (Direktur Archipelago Solidarity Foundation); Prof Dr Mus Huliselan (guru besar Unpatti Ambon); Dr Maryam Sangadji (dosen Fakultas Ekonomi Unpatti Ambon) dan Dr Non Sahusilawane (Kepala Pusat Kajian Perempuan Unpatti Ambon) dan Rudy Rahabeat sebagai moderator.

Acara diawali pemutaran film dokumenter ini diikuti mahasiswa, guru, dosen dan aktivis LSM.

Pahlawan nasional Martha Christina Tiahahu wafat pada 2 Januari 1818. Tahun 2018 genap berusia dua abad. Untuk itu, berbagai komponen di Maluku mengharapkan pemerintah pusat menjadikan momentum dua abad sebagai perayaan nasional. "Sejarah Martha Christina Tiahahu harus menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini" kata Engelina.

Martha Christina Tiahahu merupakan pahlawan nasional yang mampu bertindak melampaui zamannya. Warisan nilai perjuangan Martha Christina masih relevan sampai saat ini, terutama semangat pantang menyerah, melawan ketidakadilan yang dialami Maluku pada masanya.

Martha Christina, kata Engelina, merupakan satu-satunya perempuan Indonesia yang tercatat dan terlibat langsung dalam perang militer pada abad 19. Selain itu, Martha Christina melawan perbudakan ketika Abraham Lincoln masih berusia delapan tahun.

Pahlawan kelahiran pulau Nusa Laut itu juga melakukan aksi mogok makan dan tidak mau bekerja sama dengan penjajah pada tahun 1817.  Tapi, dunia lebih mengenal Marion Dunlop sebagai tokoh perempuan yang melakukan mogok makan di Inggris pada 1909. "Hampir berselisih satu abad dengan apa yang dilakukan Martha Christina, mogok makan," katanya.

Menurut Engelina, Martha Christina membuktikan bahwa derajat perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya pada dua abad silam. Martha sudah mengambil peran sebagai pemimpin perjuangan. Namun sampai kini, persoalan kesederajatan masih tetap menjadi perjuangan kaum perempuan.

"Martha Christina bertindak melampau zamannya sehingga tetap penting untuk mendalami keteladan yang diwariskan. Martha melakukan semua itu dalam usia 17 tahun. Jadi, sangat wajar kalau Martha Christina perlu mendapat tempat yang semestinya dalam sejarah Indonesia," kata Engelina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement