Jumat 10 Feb 2017 18:08 WIB

ITS Kembangkan Sumber Energi dari Biomassa

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
kompor berbahan bakar biogas
kompor berbahan bakar biogas

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengembangkan teknologi pengolahan biomassa sebagai sumber energi melalui beberapa penelitian dan pengabdian masyarakat. Di Indonesia, potensi biomassa sebagai sumber energi alternatif dianggap belum sepenuhnya tergali.

Hal itu terkuak dalam seminar bertajuk Biomass and Residue to Power Traveling Conference yang digelar ITS bersama Fraunhofer UMSICHT dari Jerman, di gedung Rektorat ITS Surabaya, Jumat (10/2). Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pakar teknologi biomassa dari Jerman dan Indonesia.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS, Adi Soeprijanto, mengatakan ITS mulai mengadakan penelitian mengenai biomassa sebagai sumber energi sejak 2011. “Selain itu, di ITS terdapat incinerator untuk membakar sampah dan mengkonversikannya menjadi energi,” kata Adi.

Guru Besar dari Departemen Teknik Elektro tersebut menjelaskan, di incinerator ini, sampah dari seluruh kampus ITS diolah menjadi energi melalui proses gasifikasi. Biomassa didapatkan dari sumber yang bermacam-macam seperti dari sampah organik hingga dari kayu atau kotoran. Selain pembangkitan energi, pengembangan teknologi biomassa di ITS juga dilakukan melalui pengabdian masyarakat dengan mengaplikasikan teknologi biomassa di luar ITS.

“Kami berpikir untuk mendirikan pusat pengolahan biomassa di luar ITS agar tidak ada biaya transportasi untuk mengangkut biomassa yang berupa kotoran. Namun, ITS juga berusaha untuk membuat prototipe pengolahnya di ITS agar juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran nantinya,” kata dia.

Salah satu narasumber seminar dari Fraunhofer Institute for Environmental, Safety, and Energy Technology UMSICHT, Jerman, Philipp Danz, mengatakan, biomasssa dapat diolah menjadi briket-briket yang bisa ditransfer kemana-mana. “Melalui proses karbonisasi, biomassa diolah menjadi bahan bakar yang praktis dan kaya akan energi,” kata Danz.

Ia menjelaskan, biomassa juga memiliki keunggulan yakni siklus karbon yang lebih pendek serta pengurangan ketergantungan terhadap batu bara. Sayangnya, Danz menilai potensi biomassa di Indonesia sebagai sumber energi belum sepenuhnya tergali. “Waktu itu saya menemui ada limbah padi yang dibiarkan begitu saja. Petaninya bingung biomassa itu mau diapakan,” kata Danz tentang pengalamannya.

Menurut Danz, tantangan pengembangan teknologi biomassa terletak pada perubahan pola pikir masyarakat agar mau mengikuti sistem pengolahan sampah yang lebih terpusat dan tidak membakar sampahnya sendiri. Ia menilai, masyarakat sering bertanya mengapa perlu membayar orang untuk pengumpulan sampah ketika bisa membakarnya sendiri. Padahal, teknologi biomassa ini seharusnya bisa dibuat oleh orang Indonesia sendiri dan tidak sekadar mengimpor teknologi dari Eropa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement