REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Universitas Gajah Mada (UGM) meneruskan penelitian nyamuk aedes aegypti mengandung bakteri wolbachia untuk memberantas demam berdarah.
“Harus berjalan terus, kalo berhenti, maka kasus DBD (demam berdarah dengue) akan tumbuh lagi,” katanya saat mengunjungi Labolatorium Insektarium Sekip N-14, Kampus UGM, Rabu (14/2).
Menurut Sultan, hal itu perlu dipertimbangkan karena bisa saja pada generasi ketujuh nyamuk ber-wolbachia akan kembali normal dan tidak lagi mengandung bakteri wolbachia. Sehingga tidak mampu membunuh virus dengue.
Selain itu, Sultan juga meminta UGM untuk mengembangkan penelitian di bidang ilmu kedokteran tropis. Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan obat-obatan yang berasal dari negara sendiri.
Pasalnya selama ini masyarakat sudah bergantung pada produk obat-obatan dari luar yang belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat tropis. “Saya mohon laboratorium penyakit tropis ini lebih diprioritaskan,” kata Sultan.
Untuk mewujudkan ide pengembangan laboratorium kedokteran tropis tersebut, Sri Sultan meminta UGM bisa menggandeng pemerintah propinsi DIY dan bekerja-sama dengan yayasan donor dari luar negeri yang tingkat penelitiannya sudah lebih maju.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Suratman mengatakan, penelitian nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia bertujuan untuk mengurangi penyakit demam berdarah dengue. Penelitian ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Di mana hasil produk risetnya sudah diaplikasikan di DIY.
“Komitmen UGM, riset inovasi ini bukan semata-mata memnuhi selera peneliti tapi untuk kepentingan umum,” katanya.
Peneliti Utama Eleminate Dengue Project (EDP), Adi Utarini mengemukakan, untuk membernatas penyakit demam berdarah di suatu wilyah diperlukan sedikitnya 80 persen populasi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Caranya dengan menempatkan satu ember yang berisi sekitar 60 sampai 120 telur nyamuk wolbachia di setiap rumah.
“Kita ganti setiap dua minggu sekali, pergantian dilakukan hingga 18 sampai 20 kali,” tuturnya.
Saat ini tim EDP telah menempatkan telur nyamuk di tujuh kelurahan di Kota Yogyakarta. Diperkirakan hingga bulan Maret mendatang 80 persen populasi nyamuk di tujuah kelurahan tersebut sudah mengandung wolbachia.
“Untuk 35 kelurahan selanjutnya kita perkirakan hingga akhir tahun populasi nyamuk ber-wolbachia sudah di atas 60 persen,” ujarnya. Kata Adi.