Selasa 14 Feb 2017 16:46 WIB

Amikom Berubah Status Jadi Universitas

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Dwi Murdaningsih
STMIK Amikom
Foto: amikom
STMIK Amikom

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – STMIK Amikom akhirnya berganti nama menjadi Universitas Amikom Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan penyerahan surat keputusan (SK) perubahan bentuk yang diserahkan oleh Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta pada  Ketua Yayasan Amikom, Selasa (14/2).

Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Bambang Supriyadi mengatakan, pencapaian tersebut membuktikan keberhasilan Amikom dalam meningkatkan kapasitas institusi. Pasalnya dari sekian banyak perguruan tinggi di Yogyakarta yang mengajukan perubahan bentuk, hanya tiga yang disetujui. Di mana satu di antaranya adalah STIMIK Amikom.

“Universitas Amikom sekarang sudah punya 16 prodi (program studi). Sebelumnya hanya lima,” kata Bambang. Menurutnya penambahan 11 prodi baru akan memberikan konsekuensi yang besar. Di mana Universitas Amikom harus mempertahan aktivasinya dengan nilai akreditasi yang baik.

Selain itu, Amikom juga perlu menyiapkan pemantapan sumber daya manusia (SDM) pengajar di 11 prodi baru tersebut. Paling tidak, kata Bambang, Amikom membutuhkan 66 pengajar baru untuk memenuhi kebutuhan prodi yang sudah ada.

Ia meminta agar Amikom tidak bertingkah polah seperti beberapa PTS lain, yang tidak mampu menunjukkan eksistensinya setelah menjalani perubahan bentuk. Bambang juga berpesan agar Universitas Amikom Yogyakarta terus mempertahankan prestasi-prestasi yang sudah dicapai selama ini.

“Saya bangga karena Universitas Amikom sudah masuk dalam perguruan tinggi generasi ketiga,” kata Bambang. Di mana Amikom sudah mampu menghasilkan produk dan menghasilkan profit sendiri. Sehingga pembiayaan hariannya tidak lagi banyak tergantung pada iuran mahasiswa.

Rektor Universitas Amikom, Muhammad Suyanto menargetkan, pada 2020 intitusi yang dipimpinnya bisa masuk dalam 500 world university. Pada 2030 ia mencanangkan komposisi pembiayaan operasional intitusi berasal 75 persen dari produk yang dihasilkan unit bisnis yayasan.

“Jadi yang dari mahasiswa itu cukup 25 persen saja. Kalau sudah seperti itu kita bisa setara dengan Harvard University,” kata Suyanto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement