REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Setelah sebelumnya menjadi 10 besar dalam lomba mobil listrik pada kompetisi International Shell Eco Marathon Asia 2017, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mewakili Indonesia untuk tampil dalam kontes robot internasional di Trinity College Amerika Serikat.
Dalam kontes bertajuk Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) tersebut sebanyak tiga tim dari UMM akan mewakili Indonesia untuk berkompetisi di kategori robot pemadam kebakaran.
Tiga tim yang akan bertanding yaitu Tim Dome_Mu, Tim Unmuh Malang, dan Tim InaMuh. Diutusnya UMM mewakili Indonesia dalam ajang internasional tersebut merupakan kelanjutan dari perlombaan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). Pada KRPAI Berkaki 2016 UMM berhasil meraih juara satu sekaligus penghargaan desain dan artistik terbaik.
“Sebanyak lima mahasiswa dan dosen pembimbing akan berangkat ke Amerika pada 29 Maret 2017 nanti,” jelas ketua rombongan, Alik Ansyori Alamsyah, Senin (27/3).
Selain Alik Ansyori, empat orang lainnya yang ikut rombongan yaitu Muhammad Irfan sebagai pembimbing, serta Ikhlal Aldhi Wijaya, Imam Fatoni dan Salis Muchtar Fadhilah sebagai perwakilan dari setiap tim. Robot UMM memiliki beberapa keunggulan di beberapa aspek.
Dari segi desain, robot UMM memiliki dimensi yang sangat kecil jika dibandingkan robot lain. Alik menjelaskan dengan dimensi yang kecil robot UMM akan dengan mudah menghindari halangan yang berada dalam arena.
“Setiap tahunnya robot UMM selalu mendapatkan penghargaan desain terbaik karena dimensi yang kecil itu,” ujarnya.
Pada kompetisi TCFFHRC nanti, misi yang harus dilakukan adalah mencari dan memadamkan api lilin di arena lapangan. Robot yang paling cepat memadamkan lilin akan dinyatakan sebagai pemenang. Dengan kecepatan robot yang sudah teruji pada KRI 2016, di perlombaan internasional ini robot UMM optimistis akan kembali menjadi yang tercepat.
Dalam hal ketepatan, robot yang akan dilombakan pada 1-7 April tersebut dinekali dengan delapan sensor ultrasonik dan dua sensor infra merah sebagai sensor jarak. Kesepuluh sensor ini dibenamkan pada robot agar mudah mendeteksi posisi lilin dan dapat menjangkau lilin dengan cepat.
Selain itu, robot UMM juga dibekali sensor flame UVTRON-R9454 untuk mendeteksi api lilin. Sensor ini sangat baik jika dibandingkan dengan sensor flame yang lain. Karena, sensor ini hanya menangkap cahaya UV dengan jangkauan spectrum185 Nanometer (nm) sampai 260 nm, di mana jangkauan itu hanya dimiliki oleh gas api.
“Artinya robot UMM nantinya tidak akan salah dalam mendeteksi api lilin yang ada,” ungkap Alik saat pelepasan tim bersama Rektor UMM.
Rektor UMM Fauzan mengatakan, semua mahasiswa yang bertanding ke tingkatan apapun akan diapresiasi oleh UMM. Semuanya diberikan beasiswa berupa bebas tanggungan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Selain itu, semua karya yang telah dibuat oleh dosen dan mahasiswa ini nantinya akan dipamerkan dalam festival inovasi dan karya. “Agustus nanti akan digelar festival itu untuk memacu semangat yang lain agar terus menciptakan inovasi dan karya,” jelas Fauzan.