Rabu 29 Mar 2017 15:41 WIB

8 Calon Rektor UGM Paparkan Gagasan Soal Kesejahteraan Tendik

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kampus UGM
Kampus UGM

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Tenaga Kependidikan (Tendik) menjadi organ penting dalam mendorong kemajuan sebuah Universitas. Namun saat ini berbagai permasalahan masih dialami oleh tendik UGM. Di antaranya persoalan tunjangan dan kesenjangan pendapatan.

Hal ini pun menjadi pekerjaan ruma besar bagi rektor UGM selanjutnya. Pada Forum Penjaringan Aspirasi bersama Tendik, delapan calon Rektor UGM pun memaparkan sejumlah gagasan mereka terkait kesejahteraan para tenaga kependidikan.

Di antaranya ada yang berpendapat bahwa kualitas SDM pegawai tendik harus ditingkatkan dengan memberikan peluang menempuh pendidikan lebih lanjut, adanya kepastian jenjang karier, dan peningkatan kesejahteraan melalui dana tunjangan kinerja. Mudrajat Kuncoro salah satunya. Ia berjanji akan lebih fokus meningkatkan kesejahteraan Tendik melalui program UGM Care.

Menurutnya program tersebut akan mampu mengurangi ketergantungan UGM pada dana subsidi dari pemerintah pusat. Mudrajat mengemukakan, jumlah tendik UGM saat ini mencapai 5.081 orang, terdiri dari 2.979 PNS, 279 pagwai tetap, 1823 pegawai tidak tetap.

"Status ini menyebabkan adanya gap penghasilan yang diterima antara pegawai," tutur Kuncoro. Ia pun akan melakukan berbagai langkah terobosan dengan menaikkan insentif melalui skema gaji pokok, penilaian kinerja, dan berdasarkan posisi pegawai.  

Titi savitri berjanji akan memberikan banyak hak bagi para pegawai apabila terpilih sebagai Rektor UGM selanjutnya. Mulai dari tunjangan, fasilitas hingga jaminan pensiun. Tidak hanya itu para pegawai yang akan menghadapi masa pensiun juga akan diberikan bimbingan kewirasusahaan. “Pensiunan jangan sampai menderita, sejak dari awal sudah akan disiapkan,” paparnya.

Sementara Panut Mulyono menegaskan dirinya akan mengedepankan transparansi pengelolaan anggaran dan mencarikan pendanaan alternatif untuk meningktakan kesejahteraan pegawai.

Di samping itu, sistem pendukung pengembngan SDM saat ini menurutnya harus dibenahi agar SDM yang bekerja lebih mumpuni dan terjamin kesejahteraannya. “Banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai,” katanya.

Adapun Dwikorita Karnawati mengatakan, UGM akan tetap mengedepankan budaya meritokrasi. Ia mengakui saat ini terdapat kesenjangan pendapatan yang diterima antar pegawai. “Ada tendik yang penghasilan paling rendah Rp 2,1 juta tapi ada yang mencapai 20 sampai 30 juta, jumlahnya sekitar 12 orang,” ujarnya.

Kesenjangan penghasilan tersebut menurutnya dikarenakan perbedaan tingkat kemajuan dan kesejahteraan yang dimiliki di masing-masing tingkat Fakultas. Maka itu ia berencana untuk melakukan terobosan terjadi pemerataan penghasilan di kalangan pegawai.

Sedangkan Nizam lebih menyoroti tentang pentingnya pengembangan SDM pegawai yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. “Perlu ada perampingan organ organisasi karena yang ada sekarang ini terlalu gemuk sehingga tidak efektif,” katanya.

Selanjutnya Paripurna berjanji akan meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan kesejahteraan para pegawai. Ia akan melakukan memperbaiki rasio usia, tingkat pendidikan dan golongan pegawai. Menurutnya para pegawai akan diberikan kesemptan untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi agar kompetensi dan kepemimpinan makin meningkat.

“Kita berikan kesempatan pegawai untuk menempuh S2 atau bahkan S3 jika memang dirasakan memilki kemampuan,” tegasnya. Dalam kesempatan itu Paripurna juga berjanji akan mendorong pemerintah untuk memenuhi kewajibannya membiayai tunjangan kinerja kalangan tendik UGM yang dinilainya masih belum terealisasi.

Ali Agus menuturkan apabila ia diberi kesempatan untuk menjadi Rektor UGM, ia akan memimpin dan mengelola universitas sebaik-baiknya untuk melayani seluruh komponen. Ia berjanji akan mengsusahakan bagaimana para pegawai bisa bekerja dengan suasana hati senang, badan tetap sehat, dan pendapatan yang diterima pun mencukupi.

“Separuh hidup pegawai itu dihabiskan untuk bekerja di kantor. Bagiamana mereka yang bekerja itu tetap selalu sehat, hatinya senang, dan pendapatannya cukup,” ujarnya.

Sedangkan  Erwan Agus Purwanto, mengatakan pengembangan bakat dan kemampuan para pegawai di lingkungan UGM saat ini masih sangat lemah. Dikarenakan masih adanya tumpang tindih dalam hal manajemen pengelolaan program studi.

Untuk mencapai visi misi tersebut kata Erwan, perlu dilakukan penataan kelembagaan dan perbaikan tata kelola hubungan antar Universitas, Fakultas dan Pusat Studi. “Jangan sampai otonomi yang kita miliki sekarang ini mengurangi tingkat kesejahteraan dan potensi yang bisa dikembangkan dari SDM yang sudah ada,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement