REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengolah ekstrak tanaman lidah buaya (Aloe Vera) menjadi kompres penyembuh luka yang dinamakan "KOMPAS" (Kompres Penyembuh Luka Aloe Vera).
"Kami memutuskan untuk membuat kompres luka dari tanaman lidah buaya ini dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, karena Aloe Vera mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan baku obat alami," kata perwakilan tim PKM Retno Dwi Susanti di Surabaya, Selasa.
Retno mengatakan, ada tiga mahasiswa lagi yang tergabung dalam tim PKM ini yakni Muhammad Hidayatullah Al-Muslim (2016), Dinda Dhia Aldin Kholidiyah (2016), Kusnul Oktania (2016).
"Selama ini tanaman lidah buaya lebih dikenal masyarakat sebagai tanaman hias. Padahal tanaman ini mengandung berbagai zat aktif yang dapat dipakai untuk menyembuhkan luka," kata Retno.
Menurut Retno, dalam Aloe Vera terdapat kandungan saponin dan flavonoid, selain itu juga mengandung tanin dan polifenol. Saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik.
"Jadi cukup efektif dijadikan sebagai penyembuh luka," tuturnya.
Ketua PKMK tim ini, Muhammad Hidayatullah Al-Muslim menjelaskan cara penggunaan kompres luka dari lidah buaya ini cukup sederhana yakni cukup dengan membersihkan luka terlebih dahulu, kemudian menempelkan KOMPAS pada luka tersebut.
"Orang-orang lebih sering mengira bahwa luka harus dibuat kering dan diangin-anginkan agar cepat sembuh. Padahal kondisi lembap bisa membantu sel fibroblas membentuk jaringan baru yang menutup luka. Jadi kelembapan juga mengurangi jumlah eksudat atau cairan yang keluar dari luka," kata pria yang akrab disapa Dayat ini.
Dayat menambahkan, memang, perawatan luka yang baik dengan menggunakan pembalut luka modern, seperti plester, yang bisa menjaga kelembapan luka. Untuk itu dianjurkan untuk tidak menggunakan kain kasa, karena kain kasa tidak bisa menjaga kelembapan luka dan membuat proses penyembuhan luka menjadi lebih lama.
"Berbeda dengan luka yang sudah lama, yang sudah bernanah misalnya, maka perawatannya tidak perlu ditutup. Dibiarkan terbuka saja. Jadi dengan adanya produk KOMPAS ini, kami harapkan sangat efektif untuk proses penyembuhan luka," kata anggota tim yang lain Kusnul Oktania.
Dalam satu kemasannya berisi tiga biji KOMPAS. Untuk satu kemasannya dijual dengan harga Rp 15 ribu, sedangkan untuk per bijinya mereka menjualnya Rp 5.000.