Rabu 19 Jul 2017 08:04 WIB

Kemenristekdikti Target Seribu Kampus Bisa Bergabung

Universitas Diponegoro (Undip)
Foto: undip.ac.id
Universitas Diponegoro (Undip)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyebut sebanyak 70 persen perguruan tinggi di Tanah Air kecil dan banyak yang tidak "sehat".

"Itu mengapa angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi kita hanya 31,5 persen, padahal jumlah perguruan tinggi kita 4.529," ujar Direktur Jenderal Kelembagaan Kemristekdikti Patdono Suwignjo di Jakarta, Selasa.

Kondisi itu berbanding terbalik dengan Cina, dengan jumlah penduduk 1,4 miliar jiwa namun jumlah perguruan tinggi sebanyak 2.824 dan APK lebih tinggi dari Indonesia.

Wapres Usulkan Perguruan Tinggi Swasta Lakukan Merger

"APK Malaysia 38 persen, sementara Singapura sebanyak 78 persen. Jadi ada yang salah dengan kita, perguruan tinggi banyak tapi APK rendah. Salah satunya adalah perguruan tinggi kita banyak yang kecil sekitar 70 persen," kata dia.

Kemristekdikti mendorong agar perguruan tinggi melakukan penggabungan atau merger, agar menjadi efisien. Kemristekdikti menargetkan pada 2019, bisa menggabung setidaknya 1.000 perguruan tinggi.

"Misalnya ada sekolah tinggi kecil-kecil digabung menjadi satu. Masing-masing ada dua program studi, jika digabung jadi enam prodi. Untuk jadi universitas perlu 10 prodi, maka kami akan membantu pengurusan empat prodi lainnya," kata dia.

Kemristekdikti juga memiliki tim untuk melakukan mediasi, untuk proses penggabungan perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan proses penggabungan itu tak hanya melibatkan satu yayasan.

"Ini yang tidak mudah, karena masing-masing pemilik menilai dirinya tinggi," kata dia.

Proses penggabungan perguruan tinggi tersebut juga sudah jalan. Di beberapa perguruan tinggi seperti milik Muhammadiyah juga melakukan penggabungan. Patdono berharap semakin banyak perguruan tinggi yang melakukan penggabungan agar perguruan tinggi di Tanah Air semakin kuat dan berkualitas.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement