REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengaku sering menerima laporan kegiatan dosen dan mahasiswa berbau radikalisme di lingkungan perguruan tinggi. "Sering dikirimkan pada saya kegiatan yang dilakukan dosen maupun mahasiswa kaitan masalah hal radikalisme," kata Menristekdikti saat memberi arahan pada rektor perguruan tinggi di Indonesia, Rabu (26/7).
Ia menjelaskan berdasarkan laporan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan ada orang di perguruan tinggi terindikasi terlibat masalah radikalisme. Namun, Menristekdikti tidak menjabarkan dan memerinci ada berapa jumlah perguruan tinggi yang diduga di dalamnya terindikasi menganut paham radikal.
Ia meminta para rektor untuk memperhatikan temuan itu. Sebab, perguruan tinggi merupakan wadah mencetak kader bangsa.
Selain itu, ia mengatakan, kegiatan radikalisme di lingkungan kampus juga tersebar melalui media sosial. Menurutnya, hal itu melanggar konsesnsus yang ditetapkan bangsa Indonesia. Ia mengingatkan, pendiri bangsa telah mengamanahkan untuk menjaga empat pilar kebangsaan.
Menristekdikti menegaskan, rektor adalah sosok yang bertanggung jawab atas perekrutan dan pendataan para dosen harus dilakukan dengan pendekatan persoanal dengan baik.