Jumat 04 Aug 2017 09:20 WIB

Mahasiswa ITS Buat Mesin Pengering Berbasis Ponsel

Perajin menjemur genting di Sentra Industri Genting Meteseh, Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (1/8). Kalangan perajin setempat mengaku produksi genting yang seharga Rp800 per keping tersebut terkendala masih seringnya hujan turun pada awal musim kemarau ini sehingga proses pengeringan kurang maksimal.
Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA
Perajin menjemur genting di Sentra Industri Genting Meteseh, Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (1/8). Kalangan perajin setempat mengaku produksi genting yang seharga Rp800 per keping tersebut terkendala masih seringnya hujan turun pada awal musim kemarau ini sehingga proses pengeringan kurang maksimal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menciptakan mesin pengering otomatis untuk mengawetkan hasil panen pertanian berbasis telepon pintar (smartphone). Alat yang diberi nama Horticultura Fluid Flow Drier (H-FLORY) ini dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban sebagai komponen sistem otomatis.

Kelima mahasiswa Departemen Teknik Fisika yang menggagas alat ini adalah Achmad Syarif Hidayat, Akhmad Ibnu Hija, Indra Yogi Prayuga, Sapto Wahyu Sudrajat, dan Windy Rizqia Arsy berasal dari Departemen Teknik Fisika.

Dalam pengoperasiannya, pengaturan suhu dan kelembaman antarjenis tanaman tidak sama karena itu alat diatur secara khusus untuk jenis tanaman tertentu, kata ketua tim Achmad Syarif Hidayat.

"Seperti, cabai hanya boleh dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius. Data tersebut telah tersimpan pada 'smartphone' yang telah tehubung dengan bluetooth. Dari aplikasi yang telah disediakan, pengguna cukup mengoperasikan sesuai jenis tanaman dan suhu yang diinginkan," katanya.

Bila pengering konvensional membutuhkan waktu lima hingga tujuh hari, sedangkan H-FLORY mampu mengeringkan hingga delapan kilogram produk dalam waktu 12 jam. Alat ini hemat energi karena alat ini hanya memerlukan 1,5 kilogram gas untuk menyuplai api.

"Alat kami dilengkapi dengan kotak kontrol yang dapat memonitor suhu dan kelembaban di dalamnya," ujarnya.

Ia mengatakan alat tersebut dapat mengalirkan panas secara merata meski memiliki bentuk rak bersusun dengan dimensi 50x50x50 cm. Desain tersebut dapat memberikan kualitas yang sama pada semua tingkatan. Selama ini, petani di Indonesia menggunakan metode pengeringan secara konvensional sehingga masih terkendala iklim dan cuaca.

"Telah banyak muncul solusi dari permasalahan iklim seperti pembakaran biasa, oven, maupun yang bersistem otomasi canggih. Namun inipun masih tidak hemat energi," ujar dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement