REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia membutuhkan strategi percepatan pembangunan berbasis TIK supaya dapat meningkatkan daya saing secara global. The Global Competitiveness Report 2016-2017 dari World Economic Forum (WEF) menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan 41 dalam daftar peringkat daya saing. Di kawasan ASEAN peringkat Indonesia ini masih kalah dibanding negara lain seperti Filipina, Thailand, Malaysia dan Singapura.
Founder Indonesian Competitiveness dan Economic Development (ICED) Institute, Jimmy Gani mengatakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini menjadi kunci keberhasilan bangsa. “Dewasa ini Indonesia menghadapi kemunduran baik itu di bidang pendidikan, kualitas sumber daya manusia, teknologi sehingga daya saing bangsa Indonesia baik di tingkat regional ASEAN, terlebih di tingkat dunia masih kalah bersaing dengan negara lain,” ujar dia.
Karena pentingnya peningkatan daya saing Indonesia di level Internasional, dirinya mendirikan ICED Institute sebagai lembaga riset penelitian dan pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan daya saing bangsa atau negara Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi, keuangan dan teknologi. ICED Institute diluncurkan di Kampus IPMI, Kalibata, Jakarta, Jumat (15/9).
ICED Institute sebagai lembaga think-tank dan lembaga nirlaba akan terlibat dalam kegiatan yang tidak hanya terkait dengan riset, kebijakan publik dan konsultasi tapi juga berusaha menggandeng komunitas untuk berkolaborasi di bidang ekonomi, keuangan, teknologi, pendidikan dan media serta menjalin kemitraaan strategis dengan pemerintah serta partner strategis dengan berbagai perusahaan.
“Diharapkan kedepan ICED akan menjadi lembaga riset dan pendidikan yang terdepan dalam memberikan solusi dan strategi untuk memajukan tingkat daya saing Indonesia agar mampu bersaing di percaturan ekonomi global,” kata dia.
Menurut Jimmy, tujuan akhir daya saing adalah meningkatkan keseluruhan tingkat kemakmuran sebuah negara beserta masyarakatnya. Sehingga jelas bahwa sumber daya saing suatu bangsa atau negara ada pada industri dan perusahaannya. “Karena disitulah nilai tambah ekonomi dihasilkan,” ujarnya.
Pemerintah, kata Jimmy, berberan dalam menjamin aliran kesejahteraan ekonomi yang lancar dan terus menerus dari perusahaan tempat diciptakannya nilai tambah- kepada warga negara, yang menerima keuntungan langsung dari pelayanan dan infrastruktur negara.
“Tingkat kemakmuran keseluruhan bangsa dihasilkan dari interaksi tiga kekuatan. Pertama, daya saing perusahaan yang difokuskan pada segi keuntungan. Kedua, daya saing manusia, difokuskan pada kesejahteraan personal. Terakhir, daya saing bangsa yang difokuskan pada kemakmuran terus-menerus atau sustainability of prosperity,” kata dia.