REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 3.000 perguruan tinggi mendeklarasikan aksi kebangsaan di Nusa Dua Bali Convention Center, Bali, Senin (25/9). Acara bertema Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme itu, dihadiri para pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia.
"Aksi ini kita laksanakan agar kita selalu dalam semangat menjaga keutuhan bangsa," kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (25/9).
Mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menegaskan, menjaga keutuhan bangsa dilakukan dengan mengamalkan empat pilar kebangsaan. Ia menganggap, aksi itu bentuk kecintaan para pimpinan perguruan tinggi terhadap NKRI.
Nasir mengusulkan, aksi serupa tetap dilakukan. Salah satunya dengan pemahaman Pancasila melalui kegiatan akademik ihwal sejarah lahirnya Pancasila. Dia menginstruksikan perguruan tinggi Indonesia menjadi pintu gerbang keberlangsungan Pancasila dan menjaga bingkai NKRI.
Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menilai, aksi itu membuktikan dunia pendidikan tinggi siap untuk meneguhkan sikap terhadap NKRI dan pilar kebangsaan lainnya.
Sedangkan Ketua Tim Perumus Aksi Kebangsaan Zainal Abidin menjabarkan aksi ini berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi bangsa.Ia menyebut, saat ini banyak muncul ajaran atau faham kekerasan, tindakan persekusi, adu domba, penyebaran fitnah dan kebencian yang bernuansa SARA. "Ideologi itu, kami sebut gerakan radikalisme," ujar Zainal.
Ia menegaskan, gerakan radikalisme mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan keutuhan NKRI. Sehingga, pimpinan perguruan tinggi memutuskan ikut bertanggung jawab bersikap melawan gerakan radikalisme.