REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengaku tak terkejut terhadap pencopotan pimpinan tertinggi di perguruan tinggi itu. "Kaget enggak kaget sih," kata anggota BEM UNJ Zidni Ardani kepada Republika.co.id, Rabu (27/9).
Ia mengatakan, kekagetannya karena tak menyangka Kementerian, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) secepat itu membuat keputusan pencopotan rektor. Kendati demikian, ketidakterkejutan adanya sanksi itu karena tereksposnya sejumlah permasalahan di UNJ.
Ia meyakini pemerintah memiliki standar dalam memutuskan hal itu. Salah satunya yakni hasil kajian tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) terhadap UNJ. Ia meyakini hasil kajian itu sudah diuji oleh tim independen.
Zidni mengatakan Rektor UNJ Profesor Djaali bersuara agar mahasiswa terus berprestasi. Namun, ia melihat kenyataan, sosok itu justru melindungi pelaku plagiarisme. "Memalukan. Apalagi terjadi di pascasarjana," ujar dia.
Terhadap pelaksana harian (Plh) rektor UNJ, Intan Ahmad, Zidni berencana menyampaikan sejumlah hal. Ia manaruh harapan adanya perbaikan dilakukan Plh rektor UNJ. Termasuk ada banyak hal-hal yang harus diselesaikan UNJ.
Kendati sudah ada keputusan pemberhentian, ia beranggapan Kemenristekdikti perlu mendalami permasalahan di UNJ. Sebab, ia berujar, pemberhentian itu sifatnya sementara. Zidni juga meminta Rektor UNJ bertanggung jawab atas kejadian dan permasalahan di UNJ. Pun menurutnya gelar-gelar pelaku plagiarisme harus dicabut. "Jangan sampai pencopotan ini, rektor jadi cuci tangan," ujarnya.
Zidni mengatakan, BEM UNJ menindaklanjuti pemberhentian sementara rektor dengan menyuarakan tagar #BersihbersihKampusUNJ. BEM juga menyikapi dengan mencerdaskan mahasiswa menjadi lebih bijak menyikapi pencopotan sementara itu.
Anggota BEM UNJ Rusdyansyah Mansyur mengaku belum merasakan ada kebijakan rektor yang berdampak pada mahasiswa. Ia mengaku kecewa terhadap imbauan rektor yang meminta mahasiswa berprestasi. Alasannya, di balik seruan itu, ternyata rektor melindungi pelaku dan praktik plagiarisme. "Orang yang memotivasi justru melindungi plagiarisme," jelasnya.
Mahasiswa program studi biologi itu mengisahkan media sosial dan UNJ ramai membicarakan pencopotan rektor pada 25 September lalu. Tidak sedikit yang merasa terkejut atas pencopotan itu. Terlebih, posisi rektor langsung diisi Plh yang ditunjuk Kemenristekdikti.
Disinggung terkait langkah rektor mempolisikan Menristekdikti Mohamad Nasir, ia mengaku terkejut. Menurutnya hal itu sangat memalukan. Ketua Tim Media Senat UNJ Achmad Ridwan enggan menanggapi pencopotan sementara rektor UNJ. Ia mengatakan Senat UNJ segera menggelar pertemuan dengan Plh rektor UNJ pada Kamis (28/9) pukul 16.00 WIB. "Dengan demikian, saya belum bisa menginformasikan sikap senat terkait hal itu," kata Ridwan.