REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Terbuka menyelenggarakan Wisuda Periode I Tahun Akademik 2017/2018 di Universitas Terbuka Convention Center, Pondok Cabe, Pamulang, Banten, (10/10). Wisuda diikuti lebih dari seribu mahasiswa dari seluruh Indonesia, termasuk dari luar negeri.
Jumlah wisudawan yang diundang sebanyak 2013 orang, terdiri dari Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana. Dari 2013 wisudawan ini, terdapat dua orang wisudawan terbaik. Keduanya yakni, Yoyo Wiramiharja dari Magister Ilmu Kelautan Bidang Minat Manajemen Perikanan Pascasarjana UPBJJ-UT Jambi dan Riyanto dari Ilmu Hukum UPBJJ-UT Jayapura.
Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat menyatakan, total lulusan pada periode I TA 2017/2018 ini keseluruhan mencapai 30 ribu mahasiswa. Menurut Ojat, wisudawan yang diundang adalah mahasiswa-mahasiswa terbaik di prodi masing-masing. Upacara penyerahan ijazah untuk sebagian besar wisudawan lainnya dilakukan di kantor UPBJJ di seluruh Indonesia.
"Dari luar negeri juga ada yang sekarang diwisuda di sini. Mereka berasal dari Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, Korea. Kami ada mahasiswa di 30 negara," kata Ojat Darojat, saat upacara wisuda di Gedung Universitas Terbuka Pondok Cabe, Pamulang, Selasa (10/10).
Lewat sistem pembelajaran terbuka dan jarak jauh, Universitas Terbuka menjadi pilihan bagi para pekerja atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Salah satu wisudawan dari UPBJJ-UT Hongkong, Wawu Rinawati (37 tahun), mengatakan ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan bekal pendidikan tinggi yang ditempuhnya.
"Nggak selamanya saya mau jadi domestic helper. Saya punya cita-cita kelak kalau saya pulang ke Indonesia, saya bisa bikin learning center buat anak-anak. Sementara ini saya pengen bisa mengajar di Hongkong," kata Rina, kepada Republika di lokasi wisuda.
Rina menuturkan tantangan nomor satu yang dia hadapi selama menempuh studi adalah biaya. Sebagai orang tua tunggal, Rina harus membiayai kehidupan keluarga di Yogyakarta dan putranya yang kini sudah berada di bangku SMA. Biaya hidupnya di Hongkong juga tidak murah, sekitar 1700-2000 dolar Hongkong per bulan, ditambah biaya kuliah 2000 - 3500 dolar Hongkong.
Kendati demikian, Rina mengaku bersyukur mendapatkan majikan yang mendukungnya melanjutkan kuliah. Setiap hari ia bekerja mulai pukul 07.00-19.00, sehingga masih mempunyai cukup waktu untuk belajar. Menurut Rina, banyak rekan kerjanya sesama TKI yang harus bekerja hampir 24 jam. "Mereka tahu kalau saya kuliah, mereka dukung sekali," kata Rina.
Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Politik Prodi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan UPBJJ-UT Hongkong ini juga mengambil diploma di Universitas Terbuka Montessori Kanada. "Saya berharap dari kedua ijazah itu, saya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak," imbuh dia.