REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Said Hamid Hasan menyebut peningkatan publikasi ilmiah tak menjamin kualitas pendidikan nasional membaik. Menurutnya publikasi ilmiah hanya salah satu indikator menilai kualitas pendidikan.
"Tak berarti bisa katakan kualitas sudah meningkat. Itu (publikasi ilmiah) bukan indikator, hanya salah satu saja," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (18/10).
Ia mengatakan jaminan peningkatan kualitas pendidikan nasional tak selalu berhubungan jumlah publikasi ilmiah. Ia memerinci sejumlah indikator melihat kualitas pendidikan nasional, seperti, hasil belajar anak mencapi standar yang diinginkan, biaya pendidikan dimanfaatkan membangun kualitas, pembinaan guru, jumlah anak usia sekolah tak sekolah sedikit.
"Meningkatkan kemampuan anak maksimum ditunjukkan hasil belajar bagus itu baru kualitas," kata dia.
Said mengatakan pembenahan perguruan tinggi tak melulu tentang anggaran, tetapi juga lingkungan kerja. Ia mengatakan, pemerintah harus menciptakan lingkungan kerja mendorong produktifitas pelajar dan sivitas akademia.
Sebelumnya, Islamic World Science Citation Center (ISC) menyebut Indonesia mencatatkan sebagai negara memiliki pertumbuhan publikasi ilmiah tinggi dalam 17 tahun terakhir. ISC adalah salah satu lembaga pengindeks publikasi ilmiah internasional menerbitkan data pertumbuhan publikasi ilmiah dunia, khususnya publikasi ilmiah anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan publikasi ilmiah yang sangat tinggi yakni sebesar 1.567 persen dalam jangka waktu 17 tahun, kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (16/10).
Ia menjabarkan pertumbuhan publikasi ilmiah Indonesia, 15 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata publikasi dunia. Secara umum, negara anggota OKI mengalami pertumbuhan publikasi ilmiah sebesar 666 persen dalam 17 tahun. Sedangkan pertumbuhan publikasi ilmiah secara global, sebesar 105 persen pada periode yang sama.