REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat mahasiswa menjadi entrepreneur hingga saat ini masih minim sehingga hal ini harus terus digenjot. Hal ini pun untuk mengubah paradigma mahasiswa dari pekerja menjadi penguasaha memang tak mudah.
Menurut Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta Pengembangan Kewirausahaan, STIE Ekuitas Dani Dagustani, kampusnya memiliki konsentrasi jurusan kewirausahaan. Namun, dari sekitar 400 mahasiswa Jurusan Managemen, hanya sekitar 20 mahasiswa yang mengambil konsentrasi kewirausahaan.
"Jumlahnya (mahasiswa yang tertarik entrepreneur, red) memang tak banyak. Makanya, kami terus berupaya meningkatkan minat mereka," ujar Dani kepada wartawan, di sela-sela acara Studenpreneur di Kampus STIE Ekuitas, kemarin.
Dani mengatakan, ada beberapa upaya yang dilakukan kampusnya untuk meningkatkan minat mahasiswa menjadi pengusaha. Salah satunya, dengan menggelar kegiatan Studenpreneur rutin setiap tahun. Dalam event ini, mahasiswa bisa mamerkan produk dan usaha yang dirintisnya.
"Kami berharap, Studenpreneur ini bisa meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadi pengusaha muda sedini mungkin," katanya. Dengan adanya Studenpreneur ini mahasiswa akan memiliki inspirasi untuk menjadi pengusaha sejak mahasiswa.
Program ini, sudah berjalan selama 5 tahun. Tahun ini, Studenpreneur diikuti oleh 30 stand mahasiswa. "Mereka, kami bina selama satu tahun. Nantinya, mereka bisa meneruskan sendiri usahanya," kata Dani. Dia menyebutkan, mahasiswa yang mengikuti program tersebut bersal dari mahasiswa semester 3 sampai semester akhir.
Dani mengakui, untuk mengubah paradigma mahasiswa dari pekerja menjadi penguasaha memang tak mudah. Karena, kalau jadi pekerja akan lebih mudah sementara menjadi entrwpreneur tantangannya sangat besar.
Dengan menggelar Studenpreneur, STIE Ekuitas ingin memperlihatkan pada semua mahasiswa bahwa selain banyak dukanya, menjadi entrpreneur juga ada sukanya. "Program kami ini, banyak didukung oleh pihak luar. Sehingga, kegiatannya selalu mendapatkan dukungam dana hibah dari Kemenristek Dikti maupun BUMN. Ini program bagus, makanya banyak yang mendukung," katanya.