REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG – Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, Kementerian BUMN menyelenggarakan kegiatan bertajuk “BUMN Hadir di Kampus Tahun 2017” secara serentak di 28 universitas, Sabtu (28/10). Hal itu sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan kondisi perekonomian nasional dan peran BUMN serta meningkatkan link and match antara BUMN dengan perguruan tinggi.
Sinergi PT Surveyor Indonesia (PT SI), PLN, dan PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PT PPA) hadir di Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Acara BUMN Hadir di Kampus yang dihadiri 1.050 mahasiswa dan civitas akademika UNDANA ini merupakan kegiatan di mana Menteri BUMN, Pejabat Eselon I Kementerian BUMN dan Direktur BUMN diterjunkan ke Kampus untuk berdiskusi dengan civitas akademika Perguruan Tinggi yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa.
Diskusi itu menampilkan lima nara sumber dari Kementerian BUMN. Mereka adalah Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN yang juga Komisaris di PLN Aloysius Kiik Ro; Direktur Utama PT SI, Arif Zainuddin; Direktur Utama PT PPA Saiful H. Manan; Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara (JBTBN) PLN Djoko R. Abumanan; serta Rektor UNDANA Fredrik Lukas Benu yang membuka kegiatan dan terlibat dalam diskusi.
Rektor UNDANA mengucapkan terima kasih kepada BUMN dan mengajak seluruh civitas akademika UNDANA untuk bersinergi dengan BUMN. "Terima kasih jajaran manajemen BUMN dan seluruh peserta yang telah hadir pada acara ini. Mari kita bekerja sama untuk memberikan kontribusi yang lebih baik bagi pembangunan generasi muda dan bangsa Indonesia," ujar Fredik L. Benu.
Membangun Ekonomi Indonesia Berkeadilan menjadi tajuk utama dalam topik paparan dan diskusi ini. Deputi Kementerian BUMN dan para Direktur BUMN menjelaskan kepada civitas akademika UNDANA mengenai gambaran kondisi perekonomian nasional; peran strategis BUMN sebagai agen pembangunan dalam penguatan ekonomi nasional; program-program Unggulan BUMN dan BUMN Hadir untuk Negeri demi mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat; Sinergi BUMN dan Kampus untuk riset dan komersialisasi serta employee link and match.
Para mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk aktif dalam diskusi ini di mana mereka dapat menyumbangkan ide dan aspirasi mengenai kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Pada dasarnya, BUMN hadir untuk menjawab tantangan yang harus dihadapi Indonesia, yakni melalui peningkatan konektivitas, pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat dan akses permodalan untuk usaha mikro, kecil dan menengah, BUMN melakukan perluasan usaha sampai ke pelosok negeri.
"Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia saat ini merumuskan sembilan agenda prioritas atau yang disebut dengan Nawacita. Dan selama 3 tahun terakhir ini, kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan kualitas hasil yang terus membaik. pertumbuhan ekonomi semakin meningkat di atas 5 persen atau nomor tiga terbesar di antara negara-negara G20," jelas Deputy Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius.
Direktur Utama PT Surveyor Indonesia, M Arif Zainuddin dalam kesempatan tersebut memaparkan berbagai tantangan Indonesia untuk maju dan berkembang. Kelima hal tersebut adalah: Inequality Development di mana pembangunan belum merata antar daerah dan antar kota/desa sehingga kesenjangan yang diukur dalam GINI rasio masih tinggi.
Yang kedua. ketahanan energi dan pangan Indonesia masih sangat tergantung kepada impor migas dan pangan untuk masyarakat Indonesia sendiri. Selanjutnya Infrastruktur dan Industri Dasar. Sampai saat ini masih banyak bahan baku industri yang harus impor sehingga infrastruktur dan manufaktur masih lemah daya saingnya, apalagi di dunia internasional.
Hal keempat, akses layanan keuangan. Jika dibandingkan negara lain, akses layanan keuangan masyarakat Indonesia masih kurang, termasuk fasilitas kredit.
Yang terakhir adalah sumberdaya manusia. “Volume sumberdaya manusia terbesar Indonesia di sektor nonformal, sehingga kualitasnya lebih rendah dibandingkan negara-negara lain secara regional,” ujar Arif.
Arif menyampaikan tantangan yang ada harus dijadikan semangat agar bangsa Indonesia bisa lebih kuat menghadapi tantangan dan bisa keluar sebagai pemenang. “Tantangan yang ada harus membuat kita lebih kuat," ujarnya.