REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dekan Sekolah Vokasi UGM Wikan Sakarinto membacakan laporan tahunan dalam rapat senat terbuka dalam rangka Dies Natalies ke-8. Dia menegaskan, Sekolah Vokasi harus menjadi kekuatan sejarah pengembangan Universitas Gadjah Mada. Wikan menilai, salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan memandirikan Sekolah Vokasi.
Wikan merasa, ini merupakan peluang sekaligus tantangan, agar setiap elemen Sekolah Vokasi bisa memiliki target yang sama dengan kemandirian UGM sebagai induk. Untuk itu, ia pun memiliki setidaknya tujuh resep strategis mulai dari fokus kepada pengembangan Prodi D4 dan S2 terapan.
"Bila memungkinkan kita tidak lagi menerima D3 pada 2018, semua harus D4, ini sejalan dengan semangat UGM yang ingin masuk ke top 200 perguruan tinggi terbaik di dunia," kata Wikan.
Selain itu, harus dikembangkan teaching industry yang dirasa memiliki posisi stategis sebagai hilirisasi riset terapan di Universitas Gadjah Mada. Lalu, peningkatan kualitas input mahasiswa baru yang tahun ini telah menerima 2.194 mahasiswa dari 41.000an peminta.
Selanjutnya, inovasi akademik seperti sertifikasi kompetensi, penguatan soft skills, kewirausahaan dan persyaratan kemampuan berbahasa asing seperti Toefl, Tevocs dan Accept. Sekolah Vokasi harus meningkatan jejaring global seperti mobilitas internasional, mahasiswa asing dan pengembangan prodi.
"Seperti yang dilakukan Prodi Diplomasi Bahasa Korea, dari jumlah 30 mahasiswa yang dikirim ke Korea bisa sampai 20," ujar Wikan.
Kemudian, lanjut Wikan, peningkatan jejaring dan pemangku kebijakan, salah satunya dengan meningkatkan sumber dana kreatif. Terakhir, tentu meningkatan kapasitas sumber daya manusia dosen, serta tenaga pendidik yang mampu hasilkan 10 proposal hibah inovatif.
Wikan turut menuturkan segudang prestasi mahasiswa-mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, baik di kancah perguruan tinggi, nasional maupun internasional. Semua itu, tidak lain demi menampilkan posisi Sekolah Vokasi yang semakin vital, sehingga harus terus dilakukan peningkatan kualitas.
Rektor UGM, Panut Mulyono menilai, Sekolah Vokasi UGM memang telah mengalami perkembangan menjadi institusi yang sangat baik dan memiliki nama secara nasional. Hal itu dapat terlihat pula dari kinerja lulusan-lulusannya yang banyak dipuji perusahaan-perusahaan.
Untuk itu, ia mengingatkan, sudah menjadi kebijakan Universitas Gadjah Mada jika kepengurusan senat Sekolah Vokasi dituntut dapat menjalankan tugas penguatannya. Termasuk, dalam memproduksi hasil-hasil riset dan penelitian fakultas maupun sekolah pascaasarjana.
"Kita jadikan Sekolah Vokasi ujung tombak menghilirkan produk-produk riset, kembangkan Sekolah Vokasi dalam mempersiapkan kebutuhan industri," kata Panut saat memberi sambutannya di Aula Sekolah Vokasi UGM, Senin (30/10).