REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pada November 2017, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdiki) menganugerahi ITS sebagai peringkat pertama perguruan tinggi dengan produk paling inovatif di Indonesia. ITS dinilai banyak menghasilkan produk riset yang siap dikomersialkan ke industri, sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Wakil Rektor ITS bidang Inovasi, Kerja Sama, Kealumnian dan Hubungan Internasional Ketut Buda Artana mengaku senang atas anugerah tersebut. "ITS sangat mensyukuri dianugerahkan sebagai kampus dengan peringkat produk inovasi nomor satu," kata Ketut di Surabaya, Rabu (15/11).
Menurut Ketut, capaian ini tidak lepas dari iklim riset yang sangat positif di kalangan sivitas akademika ITS dan pengelolaan yang baik melalui Direktorat Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian. Direktorat tersebut, Ketut mengatakan, memiliki tugas yang berdampingan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM).
"Jika LPPM berfokus melaksanakan riset, maka Direktorat Inovasi bertugas mengonversikan hasil riset di LPPM menjadi produk inovasi yang siap dikomersialisasikan ke industri," ujar Ketut.
Ketut menjelaskan, pada prinsipnya, sebelum hasil riset diterapkan di masyarakat, perlu dilakukan pengujian berupa Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). TKT sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa matang suatu teknologi dapat diterapkan.
Indikator ini, lanjut Ketut, memiliki rentang nilai satu hingga sembilan. Di ITS, riset yang dilakukan LPPM ditargetkan mencapai level enam. "Kemudian untuk menaikkan TKT dari level enam menjadi sembilan adalah tugas Direktorat Inovasi tersebut," jelas Guru Besar di Fakultas Teknologi Kelautan tersebut.
Level enam, lanjut Ketut, berarti bahwa produk teknologi dapat diuji di skala laboratorium. Sedangkan level sembilan menandakan bahwa produk teknologi telah benar-benar teruji dan berhasil dioperasikan.
Ketut berharap, prestasi ini bisa memantik semangat sivitas akademika ITS untuk lebih meningkatkan komersialisasi produk riset, baik dosen maupun mahasiswa. Karena ke depan, tantangan ITS sebagai PTN-BH adalah bagaimana semua produk inovasi dapat dikomersialkan sehingga bermanfaat untuk masyarakat. "Sekaligus juga menjadi penghasilan bagi ITS untuk menunjang program akademik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat," kata Ketut.