Kamis 23 Nov 2017 21:31 WIB

ITS Siap Pasarkan Mesin Cetak Braille

Mahasiswa jurusan teknik mesin ITS, Rahmat Bambang Wahyuari (kanan) dan Mahasiswi teknik informatika ITS, Nida Amalia (kiri) memperlihatkan cara kerja Edu Braille saat jumpa pers di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (21/10).
Foto: Antara/Moch Asim
Mahasiswa jurusan teknik mesin ITS, Rahmat Bambang Wahyuari (kanan) dan Mahasiswi teknik informatika ITS, Nida Amalia (kiri) memperlihatkan cara kerja Edu Braille saat jumpa pers di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya siap untuk memasarkan mesin cetak huruf braille karya mereka setelah diuji coba di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya, Kamis (23/11).

Mesin cetak huruf Braille hasil karya tim dosen dari Fakultas Teknologi Elektro (FTE) dengan tim inti yakni ketua tim Tri Arief Sardjono, Ir Tasripan, dan Ir Hendra Kusuma ini merupakan mesin pencetak huruf Braille, yakni aksara yang digunakan para penyandang tunanetra untuk membaca.

Mesin yang dapat mencetak 1.200 halaman per jam ini diklaim memiliki hasil cetakan yang berbeda dengan printer pada umumnya, karena huruf yang dicetak berbentuk timbul.

Tri Arief Sudjono mengungkapkan, tim sebenarnya telah menggarap riset mesin cetak Braille ini sejak tahun 2012 lalu saat masih menjadi Jurusan Teknik Elektro di bawah Fakultas Teknologi Industri (FTI). Mesin ini sendiri merupakan pengembangan dari mesin cetak dari Norwegia yang telah dimiliki oleh sejumlah SLB di Indonesia yang kondisinya sudah tidak layak.

"Tim dari ITS saat itu diminta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk membantu memperbaikinya," kata pria yang saat ini menjabat sebagai Dekan FTE itu.

Akhirnya tahun 2014, lanjut pria yang kerap disapa Arief ini, ITS juga berhasil membuat prototipe hasil pengembangan mesin cetak Braille dari Norwegia tersebut menjadi lebih baik lagi dalam beberapa fiturnya. Mesin cetak Braille karya anak bangsa Indonesia yang pertama ada. Karena di Indonesia, sampai saat ini tidak ada perusahaan manufaktur mesin cetak Braille.

"Tahun 2015, ITS berhasil mendistribusikan tiga prototype mesin ini ke SLB di Jayapura, Ambon, dan Pangkal Pinang. Prototipe mesin cetak Braille karya tim kami ini telah mencapai TKT 7 (Tingkat Kesiapterapan Teknologi 7), sehingga sudah siap untuk hilirisasi ke industri," ujarnya.

Arief menegaskan bahwa mesin ini sudah berskala industri dan siap untuk diproduksi secara massal. Melalui Corporate Social Responsibility (CSR), diharapkan Braille Embossers ini dapat diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat. Mesin cetak Braille karya ITS ini dirancang dengan komponen suku cadang 85 persen produk Indonesia.

"Ada lima SLB yang sangat membutuhkan mesin ini, dan ada 50 SLB senter yang harus melayani lebih dari 1.000 SLB sekitarnya," ujarnya menambahkan.

Pada kesempatan tersebut, Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana saat meresmikan uji coba dan juga menjajal mesin cetak braille tersebut mengatakan hasil cetakan braille itu pun dibacakan langsung oleh beberapa siswa didik SLB YPAB untuk membuktikan keakuratan mesin tersebut.

"Mesin ini dihasilkan oleh anak bangsa dan dapat diperoleh dari dalam negeri, ini merupakan kontribusi yang luar biasa," tutur Joni.

Ia mengatakan bahwa ITS harus mampu menjawab persoalan ini. Menurutnya, ITS harus memikirkan apa-apa saja hal yang dapat dilakukan untuk berkontribusi kepada sesama.

Kepala SLB YPAB, Drs Eko Purwanto, SLB YPAB ini merupakan sekolah luar biasa dengan siswa terbanyak di Jawa Timur dan satu-satunya SLB untuk tunanetra di Surabaya dan berharap mesin itu dapat dihibahkan ke sekolahnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement