REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bank Indonesia (BI) kembali menggelar kuliah umum di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kali ini, 'Bauran Kebijakan Bank Indonesia untuk Menjaga Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi' diangkat menjadi tema utama.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, didaulat jadi pembicara utama, dengan dimoderatori Guru Besar FEB, Prof Insukindro. Kuliah diselenggarakan di Ruang Kertanegara Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jumat (24/11).
Sebelum paparan Deputi Gubernur BI, Insukindro, mengingatkan ini merupakan kesempatan emas untuk mendalami kebijakan-kebijakan BI. Terlebih, pemberi materi kali ini merupakan lulusan dari Fakultas Ilmu Ekonomi UGM.
"Kita harus bangga karena Deputi Gubernur BI ini lulusan FEB yang dulu bernama Fakultas Ekonomi," kata Insukindro.
Dalam paparannya, Perry menjelaskan apa itu bauran kebijakan bank sentral dan bagaimana BI menerapkannya. Ia menekankan, kebijakan merupakan pembelajaran dari krisis global yang terjadi beberapa tahun lalu.
"Kami mencoba membuatnya melalui satu pendekatan memakai paradigma yang baru," ujar Perry.
Ini dirasa lebih superior dibanding hanya menerapkan kebijakan BI yang murni. Dan, walau usai dipelajari suku bunga bisa mendorong kemajuan ekonomi, ia mengingatkan jika dimensi perilaku sektor keuangan tidak selalu efisien.
Untuk itu, ia menekankan, resiko sistem keuangan perlu diwaspadai dan bank sentral tidak boleh hanya fokus kepada stabilitas harga. Menurut dia, langkah waspada itu diperlukan pula sebagai pencegahan krisis ekonomi.
"Dinamika prosikliditad keuangan dan akumulasi risiko sistemik pada waktu ekonomi boom sangat penting diwaspadai untuk pencegahan krisis finansial," kata Perry.
Belum lagi, aliran dana asing sering kali datang sangat deras ketika kondisi keuangan sedang sehat. Sedangkan, ketika ada batuk-batuk sedikit dari keuangan, maka aliran dana dari asing tersebut dirasa sangat sulit masuk.
Karenanya, ia merasa aliran dana itu memang harus disaring mengingat aliran dana asing ada yang bersifat madu dan ada yang bersifat racun. Menurut Perry, aliran dana madu sangat perlu diterima, sedang yang racun perlu untuk disaring.
Sebelum menutup, Perry berpesan agar mahasiswa-mahasiswa mendalami ilmu-ilmu ekonomi yang terus berkembang. Ia berharap, jika kelak mahasiswa-mahasiswa menduduki posisi pemangku kebijakan, mereka bisa memahami betul kebijakan yang akan diterapkan.
"Diharapkan bekal keilmuwan one of the best bekal yang kalian dapatkan, kelak saat jadi pemimpin bangsa, apalagi di Bank Indonesia, kalau merumuskan tahu betul konsepsi teorinya," ujarnya.