REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Muhammad Pramujo (24 tahun), pemuda asal Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, berhasil menjadi salah satu peserta Winter Course Program For Regional Sustainability 2017 di Ibaraki University, Mito, Jepang, 16-27 November 217).
Dalam Winter Course ini, total delegasi dari Indonesia berjumlah 16 orang. Sebnyak delapan orang dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan sisanya dari UGM, UNUD dan UnSoed.
Sebagai salah satu dari delapan mahasiswa IPB yang mengikuti Winter Course, Pramujo mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Identification of The Myostatin (MSTN|BsrI) Gene Polymorphism in Indonesian Native Chicken and The Crossbreed”.
Sebagai lulusan IPB, Pramujo ingin turut berperan dalam mewujudkan kedaulatan peternakan rakyat Indonesia. Sejak kuliah program sarjana di IPB, Pramujo sudah tertarik dengan bidang pemuliaan dan genetika ternak. Ia meneliti tentang keragaman gen MSTN pada ayam lokal Indonesia dan persilangannya.
Riset mengenai keragaman gen MSTN pada ayam sudah banyak dilakukan terutama pada ayam broiler. Tetapi pada ayam lokal Indonesia masih jarang dilakukan.
Keragaman genetik pada suatu populasi merupakan informasi penting dalam proses peletarian sumberdaya genetik ternak. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sumberdaya genetik ternak ayam lokal Indonesia adalah melalui seleksi dan persilangan dengan pendekatan genetika molekuler karena lebih efektif, akurat dan efisien.
“Sampai saat ini produktivitas ayam kampung masih rendah karena masih dikelola secara tradisional, padahal ayam kampung memiliki kelebihan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Oleh karena itu penelitian saya berhubungan dengan keragaman genetik ayam lokal Indonesia. Saya memanfaatkan gen penciri seperti gen Myostatin untuk mengukur keragaman genetik ternak ayam lokal Indonesia,” ujarnya dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/12).
Menurutnya ternak asli Indonesia memiliki potensi genetik tinggi tetapi ekspresi gennya sering tidak muncul karena diberi pakan yang kurang optimal. Pemberian pakan yang kurang optimal dapat mengakibatkan terganggunya proses metilasi yang akan mengakibatkan ekspresi gen tidak optimal.
Keberhasilannya menempuh studi di IPB dan menjadi delegasi Indonesia dalam Winter Course ini berkat dari doa kedua orang tuanya dan dukungan dari kakak-kakaknya. Bungsu dari tujuh bersaudara ini merupakan mahasiswa program Magister di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB.
Putra dari pasangan Basri dan Sariah ini berhasil melanjutkan kuliah S2 nya setelah menerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
“Saya mengenyam pendidikan dari Sekolah Dasar sampai meraih gelar sarjana peternakan dengan doa dan dukungan dari ibu, bapak dan kakak-kakak saya yang sangat luar biasa. Meskipun saya berasal dari keluarga tidak mampu -- bapak saya tukang becak dan ibu saya pedagang sayur keliling -- saya memiliki tekad dan semangat kuat untuk terus bersekolah. Sejak kecil, keluarga saya sudah menanamkan prinsip bahwa yang paling penting adalah pendidikan untuk memperoleh ilmu. Oleh karena itu saya tetap sekolah meskipun biaya sekolahnya harus ngutang,” tuturnya.
Dari tujuh bersaudara tersebut, dua orang lulusan SD, satu orang lulusan SMP, 1 orang lulusan SMA, 1 orang lulusan Diploma dan 2 orang lulusan sarjana. Ketiga kakanya yang paling tua tidak melanjutkan sekolah karena memilih bekerja sebagai buruh bengkel mobil dan karyawan pabrik untuk membantu membiayai ke empat adiknya untuk terus sekolah.
“Ibu saya tidak pernah duduk di bangku sekolah, bahkan tidak bisa baca dan tulis. Tetapi sejak saya kecil, ibu saya rutin Tahajud dan puasa Senin-Kamis. Doa beliau dan dukungan dari kakak-kakak sayalah yang mengantarkan kami berhasil mencapai mimpi. Kini kakak saya yang lulusan SMA berhasil menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang lulusan diploma bekerja di PT Charoen Phokphand dan yang sarjana menjadi pegawai di IPB,” ujarnya.